Produktif dalam Alquran- Pada masa pandemi ini, kita memang dianjurkan untuk lebih banyak menghabiskan waktu di rumah saja. Kebijakan-kebijakan pemerintah seperti work from home (WFH), belajar secara online, dan anjuran di rumah saja tidak jarang mengakibatkan bertambahnya rasa malas dan menurunkan produktivitas.
Kaum milenial sering menggunakan istilah mager (malas bergerak), rebahan, atau gabut (gaji buta) untuk mendeskripsikan situasi yang mereka rasakan.
Banyak artikel yang berbicara mengenai bagaimana cara atau tips dalam mengatasi rasa malas, mager, dan solusi untuk tetap produktif meski di rumah saja. Mulai dari artikel yang memberikan spirit atau artikel yang memaparkan bahaya dari banyak berdiam diri bagi kesehatan fisik dan psikis. Namun, kali ini mari kita berusaha melawan hal-hal yang membuat kita tidak produktif dengan mentadaburi ayat Alquran.
Sebuah pesan besar dalam Alquran tentang produktivitas salah satunya terdapat dalam surah Al-Insyirah ayat 7 yang berbunyi:
فَاِذَا فَرَغْتَ فَانْصَبْۙ
“Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras untuk urusan yang lain”. (Q.S Al-Insyirah [94]:7).
Menurut as-Suyuthi, surah Al-Insyirah ini turun berkenaan dengan kaum musyrikin yang memperolok-olokan kaum muslim karena kefakirannya. Sehingga melalui pesan ayat ini, kaum muslim dimotivasi untuk selalu produktif dan memiliki etos kerja yang tinggi.
Quraish Shihab dalam tafsirnya Al-Misbah jilid 15, 364 memaparkan bahwa yang dimaksud dengan lafad faraghta adalah sebuah keadaan luang setelah sebelumnya sibuk. Seseorang yang telah memenuhi waktunya dengan pekerjaan, kemudian ia menyelesaikan urusan tersebut, maka jarak waktu antara selesainya pekerjaan pertama dan dimulainya pekerjaan selanjutnya dinamai faragh.
Maknanya adalah apabila kita telah melaksanakan suatu kegiatan sebelumnya dan telah selesai, maka segeralah lakukan kegiatan yang lain sampai letih atau sampai menghasilkan sesuatu yang nyata.
Begitupun dengan Hamka dalam tafsirnya Al-Azhar jilid 10, 8043 mengatakan bahwa apabila kita telah selesai suatu pekerjaan atau suatu rencana telah terwujud, maka bersiaplah untuk memulai pekerjaan yang baru. Namun, dengan kesadaran bahwa setiap persoalan tidak terlepas dari kesulitan. Akan tetapi dalam kesulitan tersebut selalu disertai dengan kemudahan (kaitannya dengan ayat sebelumnya 5 dan 6).
Sebenarnya para ahli tafsir berbeda pendapat dalam memaknai ayat ini. Ibnu Katsir misalnya memberi makna bahwa yang dimaksud adalah, jika telah selesai mengurus berbagai persoalan dunia maka bersungguh-sungguglah dalam mengerjakan ibadah. Begitu juga sama halnya dengan penafsiran Sayyid Qutb dalam kitabnya fi Zhilalil Qur’an, 297.
At-Thabari dalam kitab tafsirnya Jami’ al-Bayan menghimpun beberapa pendapat terkait ayat ini. Sebagian ahli tafsir mengatakan, setelah engkau selesai dari shalatmu, bersungguh-sungguhlah dalam berdoa kepada Allah. Ada juga yang mengatakan bahwa makna ‘Maka apabila engkau telah selesai’ . Yaitu dari berjihad melawan musuh maka bersungguh-sungguhlah beribadah kepada Allah.
Sedangkan at-Thabari sendiri berpendapat bahwa, dalam ayat tersebut Allah memerintahkan Nabinya untuk selalu menyibukkan diri dengan hal-hal yang dapat mendekatkan kepada Allah baik itu urusan dunia ataupun akhirat.
Menurutnya, keumuman lafaz yang terdapat dalam ayat tersebut tidak mengkhususkan pada satu persoalan tertentu. Begitulah sifat Alquran yang bisa didekati dengan berbagai makna, namun tetap memberikan keistimewaan di setiap pemahamannya. Namun, semua mufasir sepakat dengan tidak menyia-nyiakan waktu dan bersikap produktif.
“Jadi sebenarnya kita tidak diberi waktu untuk menganggur, hanya saja boleh jadi kita diberi kesempatan untuk menganekaragamkan kegiatan,” begitu keterangan Quraish Shihab pada sebuah acara tafsir Quran.
Namun setelah itu, harus dipahami juga kelanjutan ayatnya yang berbunyi:
وَاِلٰى رَبِّكَ فَارْغَبْ
“Dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap”. (Q.S Al-Insyirah [94]:7)
Mempunyai makna bahwa berusaha dan bekerjalah, tapi jangan putuskan hubungan dengan Allah Swt. dan hanya kepada Allah segala harapan tertuju.
Aktifitas apapun baik dalam urusan dunia maupun akhirat harus dilandaskan keterikatan dengan Allah. Dalam sebuah riwayat dikatakan bahwa Allah mencintai orang yang beriman dan berkarya, yaitu orang-orang produktif yang menghasilkan berbagai kebaikan.
Dua ayat terakhir dari surah Al-Insyirah ini mengajarkan kepada kita untuk bekerja sambil mengharapkan bantuan Allah Swt. Bukan bekerja yang tidak mengharapkan bantuan Allah atau hanya mengharapkan bantuan Allah namun tidak bergerak sama sekali.
Demikian salah satu pesan surah Al-Insyirah ayat 7 kepada setiap manusia. Semoga seluruh partikel dalam diri kita diberi keringanan untuk selalu melakukan produktivitas yang bermanfaat dan tentunya dibarengi dengan mengharap bantuan dari Allah swt. Wallahu a’lam.