Menara Kudus

masih kutemu tanda nan cahaya dalam usia dunia yang kian renta
satu, dua, dan tak terhingga batu bata menjulang membentuk panorama paling berada

menara itu membubung kisah absah perdamaian, kemanusiaan
kepada anak cucu sampai abad yang akan entah

tataplah lekat tiap sisi yang sarat filosofi
seluruh tubuh menara dipenuhi toleransi

tentang dua wajah dalam akulturasi
islam-hindu
padu
beda bukanlah belenggu
kau tak akan pernah melihat penyembelihan sapi di tanah ini
tanpa hitam di atas putih hal itu menjadi tuntunan yang mengabadi
bagi suatu golongan sapi adalah hewan kehormatan
maka tak akan dibiarkan nyawa sapi beterbangan

hidup berdampingan selaksa bersaudara
bersama tidak harus sama
perbedaan tak lantas sebabkan makar
bersediakah kepada menara itu kita bersandar?

menara kudus yang kudus
tegakmu tenang yang tak lekang
Kudus, 050115

 

Literasi

demi kitab yang terjaga
pada bibir mungil yang lisannya terbata
seorang ayah menuntunnya mengucap bismillah
mengenalkan tuhan pada dirinya, dininya
seperti jibril kepada muhammad di wahyu pertama
iqra’! iqra’! iqra’!

bacalah dengan (menyebut) nama tuhanmu yang menciptakan[1]
yang mengajar manusia dengan pena[2]
pemilik bibir mungil itu mendewasa
huruf hingga ayat ia semat dalam ruang nan sunyi

hati!
kitab itu literasi hingga mati
ketika lisannya telah lancar membaca apa saja
ia pegang sebuah pena
membaca seolah menarik napas
menulis seolah mengeluarkan napas
hidup berliterasi, seperti isi kitab yang turun pertama kali
Kudus, 290615

[1] Q.S Al ‘Alaq ayat 1
[2] Q.S Al ‘Alaq ayat 4

Leave a Response