Memang banyak hal yang bisa digali dari sufi besar Jalaluddin Rumi. Sufi besar itu mengajarkan banyak hal yang menjadi inspirasi bagi banyak orang setelahnya. Salah satunya adalah apa yang dikenal dengan agama cinta.

Penelitian yang dilakukan oleh Puslitbang Bimas Agama dan Layanan Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama menggali ide agama cinta Rumi. Harapannya, ide tersebut dapat menjadi inspirasi bagi kehidupan keberagamaan di Indonesia.

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif (library research) dengan dua titik tekannya adalah tentang pilihan eksistensi manusia yang terbentang di antara dimensi material dunia hewan dan dimensi spiritual dunia malaikat, untuk mengidentifikasi potensi karakter dasar dalam konstruksi kemanusiaan serta untuk memahami amanah dan rencana Tuhan yang disandangkan pada manusia.

Juga tentang bagaimana memahami serta mengimplementasikan agama di jalan cinta, yang akan menghidupkan karakter mulia manusia sejati yang pada akhirnya akan mendatangkan kebaikan dan harmoni bagi manusia sendiri dan bagi seluruh kehidupan di alam semesta.

Rumi melihat manusia sebagai ciptaan Tuhan yang unik karena dilengkapi dengan dualitas potensi, yaitu material dan spiritual, yang membentuk keberadaannya. Uraian bait-bait syair persembahan Rumi menyajikan tidak sedikit metafora terkait situasi unik manusia.

Penggambaran mahluk berbentuk keledai bersayap malaikat atau separuh ular separuh lebah merupakan bagian kecil dari ilustrasi dualitas potensi positif dan negative yang terangkum dalam komposisi kemanusiaan. Keunikan manusia ini merupakan sebuah keistimewaan, dan karenanya manusia dianugrahi amanah dan tugas mulia untuk menjadi wakil Tuhan di muka bumi, yang kelak akan kembali ke asalnya dan mempertanggungjawabkan amanah yang diberikan kepadanya.

Oleh karena itulah, untuk dapat melaksanakan amanah ini, manusia perlu memahami Tuhan dan keberadaan dirinya di alam semesta dengan perspektif cinta, sehingga dapat melepaskan diri dari kungkungan material yang membungkus esensi spiritualnya.

Sebaliknya, jika manusia sebagai individu cenderung hanya mengikuti dorongan hasrat rendahan untuk memenuhi keinginan materialnya, dia akan terjebak dalam dunia materi dan tidak dapat melaksanakan amanah yang diembannya sehingga dapat terseret kepada keburukan yang akan merugikan dirinya sendiri.

Cinta dalam ajaran Rumi tidak dapat dijelaskandengan kata-kata karena cinta memang bukan untuk dibicarakan tetapi untuk dijalani dan dialami. Ketika Rumi banyak berbicara tentang cinta, yang disampaikannya bukan penjelasan cinta tetapi ajakan-ajakan yang dapat membangkitkan hasrat cinta.

Melihat fenomena kehidupan, termasuk agama, dengan perspektif cinta melahirkan pemahaman yang luas dan universal sehingga dapat mengikis ego-ego individual yang sering menjadi sumber kekacauan dan perpecahan. Perspektif Rumi dalam mengajarkan Islam yang menekankan cinta lebih cenderung melihat kesatuan dan bertujuan menuju penyatuan dengan semangat pengorbanan.

Dengan perspektif cinta, terungkap rahasia keberadaan manusia bahwa keterpisahanya dari asal dan kesatuannya menjadi derita yang hanya bisa terobati dengan jalan-jalan penyatuan dan harmoni, termasuk harmoni manusia dan alam semesta, hingga mencapai penyatuan abadi dengan asalnya. Harmoni manusia dan alam semesta ini terekspresikan dengan baik dengan tari sama’ yang menjadi ritual para pengikut Rumi dalam tarekat Mawlawiah.

Rumi melihat manusia sebagai ciptaan Tuhan yang unik karena dilengkapi dengan dualitas potensi, yaitu material dan spiritual, yang membentuk keberadaannya. Uraian bait-bait syair persembahan Rumi menyajikan tidak sedikit metafora terkait situasi unik manusia.

Penggambaran mahluk berbentuk keledai bersayap malaikat atau separuh ular separuh lebah merupakan bagian kecil dari ilustrasi dualitas potensi positif dan negative yang terangkum dalam komposisi kemanusiaan. Keunikan manusia ini merupakan sebuah keistimewaan, dan karenanya manusia dianugrahi amanah dan tugas mulia untuk menjadi wakil Tuhan di muka bumi, yang kelak akan kembali ke asalnya dan mempertanggungjawabkan amanah yang diberikan kepadanya. (MS)

*Tulisan ini adalah rangkuman dari diseminasi penelitian Andi Nurbaety yang diterbitkan Puslitbang Bimas Agama dan Layanan Keagamaan Kementerian Agama tahun 2021.

Leave a Response