Sumenep– Memperingati Hari Santri, Muslimah Reformis Foundation bekerjasama dengan STKIP PGRI Sumenep, mengadakan bedah Buku Ensiklopedia Muslimah Reformis karya Prof. Musdah Mulia, MA.

Acara ini dibuka oleh ketua sekaligus civitas akademika STKIP PGRI Sumenep, Bapak Asmoni. Bapak Asmoni menyampaikan tentang kebudayaan masyarakat Sumenep, khususnya mengenai posisi perempuan di Sumenep.

Di Sumenep, menurutnya, pernikahan di bawah umur kerap terjadi. Selepas menyelesaikan Sekolah Menengah Atas, sudah langsung dikawinkan. Bahkan, bayi yang baru lahir sudah ditunangkan. “Hal ini merupakan tugas kita semua untuk menyelesaikan masalah ini,” tukasnya.

Acara ini dipandu oleh Salamet, M.Ag, kandidat doktor Universitas Gadjah Mada. Menurutnya, buku tebal 772 dan sebanyak 16 bab ini ditulis oleh seorang yang tangguh. “Buku ini tebal, juga sangat berisi setiap babnya.”

Penulis sekaligus pembicara menyampaikan bagaimana proses menulis buku ini, bagaimana ia bisa menjadi penulis seperti saat ini. Ia berkisah dirinya tumbuh di pesantren, dengan ajaran-ajaran agama yang cukup kaku. Tidak hanya itu, bahkan dari anggota keluarganya pun, yaitu kakeknya, seorang ulama pada zamannya yang menganggap bahwa suara perempuan adalah juga aurat. “Sangat rigid”, ujar Bu Musdah.

Tetapi, Musdah bukanlah orang yang taken for granted atau menerima begitu saja. Jiwa kritisnya sudah dibangun sejak kecil, melalui buku-buku yang dibaca. “Ciri seorang muslimah reformis itu berpikir kritis dan terbuka,” tandasnya.

“Menjadi muslimah itu wajib membaca. Iqra, iqra, iqra lagi,” tambahnya.

Hadir pula beberapa pembicara, Dr. Ulya Fikriyati, Lc. M.Ag, dosen INSTIKA Guluk-Guluk, dan Dr. Jamilah M.Ag, dosen STKIP PGRI, Sumenep.

Topik Terkait: #Perempuan

Leave a Response