Di tengah masa “perang” seperti ini, tidak ada yang paling berharga kecuali kebersamaan. Dan tadi malam, malam Jumat, NU telah melakukannya. NU telah menggalang kebersamaan. Saya sudah menunggu momentum ini dua minggu lalu. Dalam hati saya bertanya: mana ini NU, kok belum bergerak?
Pertanyaan itu telah dijawab tadi malam. Saya sangat bersyukur.
Poin kedua yang perlu disampaikan lagi adalah, NU telah memakai teknologi. Ya, tadi malam kita telah menyaksikan bersama perpaduan yang sangat indah: tradisi (doa) dan teknologi. Tadi malam, NU telah menunjukkan kepada kita sebuah arti sebuah kesesuaian dan kecanggihan.
Inilah yang dimaksud oleh Gus Im –Hasyim Wahid, adik bontotnya Gus Dur, semoga beliau sehat selalu– tekonologi sebagai tradisi, yang telah menjadi kredo NU Online. Dan teman-temanku, hal ini mustahil dilakukan tanpa anak-anak muda yang memahami dengan detail seluk-beluk teknologi. Lagi-lagi peran anak muda menentukan.
Poin terakhir yang ini saya sampaikan adalah istighatsah Online, tadi malam, adalah langkah jitu yang dilakukan NU untuk kedua kalinya (langkah pertamanya adalah membatalkan pagelaran Munas Alim Ulama di Rembang dengan alasan wabah ini.
Saat itu, pemerintah baru mengumumkan di Indonesia sudah ada kasus positif terinfeksi, 2 orang. Langkah pertama ini sebetulnya adalah sinyal kuat untuk pemerintah: hai, Anda jangan main-main)
Istighatsah tadi malam adalah sinyal yang lebih luat dari NU untuk pemerintah dan masyarakat. Doa berjamaah yang merupakan tradisi NU, secara ritual kita telah menjadi maklum maksud dan tujuannya, namun secara sosial, secara horizonal, banyak orang yang tidak mengerti bahwa NU mengajak semua anak negeri.
Mari optimis, mari saling menemani (bersolidaritas), mari kita menggalang kebersamaan. Kebersamaan adalah fondasi wajib ada jika kita ingin memenangi peperangan sulit ini.