Boleh dibilang, Indonesia adalah aktualisasi firman-firman Allah dalam Alquran terkait kehidupan bersosial dan beragama yang damai. Terkait hal ini, surat ar-Ruum ayat 22 menyebut:

وَمِنْ آيَاتِهِ خَلْقُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافُ أَلْسِنَتِكُمْ وَأَلْوَانِكُمْ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِلْعَالِمِينَ

“Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah penciptaan langit dan bumi, perbedaan bahasamu dan warna kulitmu.Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang yang mengetahui.”

 Dijelaskan pula dalam surat al-Hujurat ayat 13:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِير

“Wahai manusia! Sungguh, kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh Allah Maha Mengetahui, Mahateliti.”

Jalaluddin as-Suyuti, dalam Lubabun Nuqul Fi Asbabin Nuzul (1986) menjelaskan bahwa ayat tersebut turun ketika terjadi peristiwa penaklukan kota Makkah. Pada saat itu, Bilal naik ke atas panggung Ka’bah untuk mengumandangkan adzan, sebagian masyarakat pada saat itu mencemooh Bilal, karena ia dianggap sebagai budak hitam. Maka turunlah ayat ini, yang menunjukkan bahwa dalam Islam tidak mengenal diskriminasi.

Jika berkaca ke Indonesia, konteks ini cukup relevan terkait isu rasial yang menimpa beberapa wilayah di Indonesia. Salah satunya isu rasial Papua yang terjadi pada 2019 lalu. Indonesia yang sudah lama hidup berdampingan antar suku, harus terusik dengan isu rasial yang dipicu segelintir kelompok. Beruntungnya isu ini kemudian berhasil diredam dan Indonesia sekali lagi menunjukkan pola keberagaman dalam kehidupan sosial yang luar biasa.

Indonesia merupakan sebuah bangsa besar yang terdiri dari sekitar 17.504 pulau-pulau yang membentang dengan karateristik yang berbeda-beda. Disadari atau tidak, hal tersebut menimbulkan keberagaman dalam banyak hal, yakni ras, budaya, agama, mata pencaharian, suku, adat istiadat, norma, dan lain sebagainya.

Indonesia merupakan bangsa yang berbudaya santun dan ramah. Ini adalah pandangan umum yang sering dilontarkan terutama oleh bangsa-bangsa asing. Indonesia dengan berbagai ragam perbedaan yang ada mampu saling beramah tamah satu sama lain.

Keragaman yang ada di Indonesia disatukan dalam semboyan kebangsaan yakni “Bhineka Tunggal Ika” yang berarti berbeda-beda tetapi tetap satu jua. Dengan semboyan tersebut, keragamaan yang ada menjadi sebuah kekayaan budaya dan menimbulkan sikap toleran yang tinggi sebagai sesama warga negara Indonesia.

Dalam kaitannya dengan agama Islam, Alquran memberikan pandangan bahwa keragaman merupakan sebuah kodrat dari Tuhan guna menjadikan manusia saling menghargai. Berangkat dari pandangan tersebut, sudah selayaknya untuk saling menghargai dan menganggap keragaman sebagai sesuatu yang positif dan menjadikan setiap manusia saling toleran dan moderat dalam bertindak.

Robert Merton dalam bukunya Social Theory and Social Structure (1949) menjelaskan bahwa agama memiliki peranan dalam masyarakat sebagai kekuatan yang mempersatukan, mengikat, dan melestarikan. Dalam hal ini, jelas bahwa Islam termasuk agama yang memberikan konsep nyata dalam kehidupan bermasyarakat terkait keragaman atau pluralisme.

Menurut Nurcholis Madjid, pluralisme atau keragaman merupakan pertalian sejati kebhinekaan dalam ikatan-ikatan keakraban. Bahkan, pluralisme merupakan suatu keharusan bagi keselamtan umat manusia melalui mekanisme pengawasan dan pengimbangan (check and balance).

Harus disadari bahwa setiap manusia dilahirkan secara sama atau setara antara satu dengan lainnya, meskipun dalam masyarakat, terdapat keragaman identitas. Kesetaraan dan keberagaman yang ada di masyarakat menunjukkan tingkatan dan kedudukan yang sama. Adanya kesetaraan dan keberagaman sosial di masyarakat ini justru memberikan kekayaan sosial yang luar biasa.

Kesetaraan menunjukkan adanya tingkatan yang sama, kedudukan yang sama, tidak lebih tinggi atau tidak lebih rendah antara satu sama lain. Kesetaraan manusia bermakna bahwa manusia sebagai mahkluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa memiliki kedudukan yang sama. Tingkatan atau kedudukan tersebut bersumber dari adanya pandangan bahwa semua manusia diciptakan dengan kedudukan yang sama sebagai makhluk mulia dan tinggi derajatnya dibanding makhluk lain.

Di Indonesia, sangat mudah dijumpai keragaman yang terwujud sebuah perbuatan positif semisal: Kerukunan atau solidaritas antar mahasiswa yang berasal dari berbagai daerah, Gotong royong warga dalam pembangunan desa, Pemberian bantuan pada daerah-daerah yang mengalami musibah, dan lain sebagainya.

Keragaman yang ada di Indonesia merupakan sebuah anugerah yang harus disyukuri karena tidak semua negara di dunia memiliki keragaman yang sangat kompleks seperti Indonesia. Tidak bisa dipungkiri pula bahwa hal ini dapat menimbulkan dua sisi yang berbeda yakni positif dan negatif. Jika keberagaman ini mampu dijaga dan dikelola dengan baik, bangsa Indonesia bisa dibilang adalah surga sesungguhnya untuk kemajemukan. Wallahu A’lam.

Leave a Response