Dalam sejarah pendidikan perempuan Pasundan, Dewi Sartika adalah pelaku utamanya. Ia menjadi seperti sebuah pelita yang menerangi jalan perempuan-perempuan di tanah Sunda supaya bermasa depan cerah. Sakola Kautamaan Istri Bandung yang didirikannya berkontribusi atas lahirnya kaum intelektual perempuan yang sadar akan pentingnya pendidikan. Salah satu alumni sekolah tersebut adalah Raden Siti Jenab yang berasal dari Cianjur.
Tanggal kelahiran Raden Siti Jenab tidak diketahui secara pasti. Yang jelas ia lahir tahun 1890 dan meninggal tahun 1951. Ayahnya bernama Raden Martadilaga yang merupakan kerabat dari Patih Purwakarta. Sementara ibunya bernama Siti Mariah, keturunan priyayi dari Brebes. Jadi, darah bangsawan mengalir dalam dirinya.
Raden Siti Jenab adalah murid langsung Raden Dewi Sartika. Ia sangat beruntung dapat dapat mengenyam pendidikan ke Bandung di saat perempuan di kotanya masih belum mengenal pendidikan. Apresiasi layak disematkan kepada RA Cicih Wiarsih, anak dari Bupati Cianjur RAA Prawiradireja II. Atas rekomendasi beliau, Raden Siti Jenab bisa bersekolah di tempat Raden Dewi Sartika.
Setelah menamatkan pendidikannya di Sakola Kautamaan Istri Bandung, Raden Siti Jenab memutuskan untuk pulang ke kotanya, Cianjur. Ia ingin mengabdikan dirinya di kota kelahirannya. Ilmu yang telah diperoleh semasa sekolah ingin dibagikannya kepada mereka yang belum beruntung untuk bisa sekolah.
Pada masa itu, pendidikan adalah barang langka, terlebih untuk perempuan. Dalam pendidikan, perempuan mengalami perlakuan diskriminatif karena hanya laki-laki yang bisa mengaksesnya. Akibatnya muncul permasalahan-permasalahan sosial seperti pergundikan, perdagangan perempuan, pelacuran, dan yang lainnya.
Sementara itu dalam konteks sosial, kedudukan dan peran perempuan sangat terbatas. Mereka hanya disibukkan dengan pekerjaan rumah tangga seperti memasak, mencuci, dan mengurus anak. Tak ada kesempatan bagi perempuan untuk terlibat aktif dalam ranah publik.
Realitas yang demikian menggugah hati Raden Siti Jenab. Ia tergerak untuk memberikan pendidikan kepada perempuan di Cianjur. Jalan yang ditempuhnya tidaklah mudah. Ia tidak langsung mendirikan sekolah. Tetapi ia menghampiri langsung para perempuan di rumah mereka untuk mengajarkan baca-tulis dan pelajaran lainnya.
Yang menakjubkan, semua itu dilakukan tanpa ada imbalan. Artinya, Raden Siti Jenab benar-benar mengajar dengan ikhlas. Ia hanya mengharapkan para perempuan mempunyai pendidikan demi masa depan mereka.
Tak jarang, Raden Siti Jenab mendapatkan cemoohan dari mereka yang belum bisa menerima aktifitas perempuan yang belajar. Mereka menganggap hal itu tidak lazim dilakukan karena menyalahi aturan sosial saat itu. Ada kelompok yang merasa terancam dengan tersedianya pendidikan bagi perempuan.
Karena kegigihan Raden Siti Jenab dalam memberikan pendidikan kepada perempuan, RA Cicih Winarsih, orang yang memberikan rekomendasi sekolah kepada beliau, mewakafkan sebidang tanah untuk digunakan sebagai tempat belajar. Sejak saat itu, tepatnya tahun 1906, bangunan sekolah didirikan dengan sederhana.
Sekolah tersebut dinamakan dengan Sakola Kautamaan Istri yang merujuk pada lembaga pendidikan yang didirikan oleh Dewi Sartika. Bisa dikatakan, ini adalah cabang dari sekolah tempatnya belajar dahulu ketika di Bandung.
Sekolah tersebut mengajarkan membaca, menulis, berhitung, bahasa Sunda, bahasa Melayu, bahasa Belanda, budi pekerti, dan agama. Selain itu, di sana juga diajarkan keterampilan seperti membatik, menjahit, dan merenda. Pelajarannya adalah materi dan keterampilan dasar sebagai bekal untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Ketika pertama kali dibuka, Sakola Kautamaan Istri Cianjur mempunyai murid sebanyak 27 orang. Seiring berjalannya waktu, sekolahnya semakin berkembang dan muridnya bertambah banyak. Itu artinya perempuan yang berpendidikan semakin meningkat dari segi kuantitas.
Sekolah ini pernah berganti nama. Pada zaman Jepang, sekolah ini dikenal dengan nama Sekolah Rakyat Gadis. Dan setelah kemerdekaan, berubah menjadi Sekolah Rakyat dan akhirnya menjadi Sekolah Dasar Siti Jenab. Sampai saat ini, sekolahnya masih berdiri di Cianjur.
Atas jasanya dalam dunia pendidikan bagi perempauan, Raden Siti Jenab diusulkan untuk menjadi pahlawan nasional pada 2018 silam. Dengan melihat rekam jejak beliau, rasanya tidak ada alasan untuk menolak usulan tersebut. Namun, apapun hasil keputusan pemerintah nantinya, ia sudah menjadi pahlawan bagi perempuan di Cianjur pada khususnya.
Sumber:
Ekadjati, E.S, Sejarah Pendidikan Daerah Jawa Barat (Sampai dengan tahun 1950). Dep P&K Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah, 1986.
Dienaputra, R.D, Sejarah Lokal Cianjur, Bandung: Minor Book, 2006.