Terdengar hening

Sunyi dan sesak yang melengking di telinga

Usai membaca buku

Rupanya requiem yang menelisik telinga

 

Bukan kicau-kicau burung

Atau pita suara manusia

Dinding-dinding rumah sakitlah yang berpadu

Menyanyikan hening dan sesak

Setiap kali keranda perak didorong dilorong

 

Pagi pertama dengan sedikit awan

Yang dipelajari adalah kematian

 

*******************************

 

Gelombang Sekian Kali; Terjadi Lagi

Pagi terang dengan sedikit awan

beranjak

menjadi petang menggelayut

menjadi hari-hari terkurung

 

Mata binar

Langkah-langkah do’a; serta

lengan-lengan pengait sneli

Belajar lewat layar; lagi

 

Parkiran sesak oleh wajah-wajah perih

Dan requiem di dinding berseru lebih keras

Aku yang di sini

di bawah atap berlindung

dapat merasakan nyanyian-nyanyian itu menelisik telinga

 

Kasus bertambah parah

Seperti hari-hari sepanjang usia kepala dua

 

Lagi

Belajar kepada manusia yang tidak ada usainya

Kembali di layar

 

*****************

 

Yang Lebih Kacau dari Rumah Sakit; Negeri Ini

Aku siapa

Tangan tidak punya

Kaki tidak punya

Apalagi mulut untuk berbicara

 

Negeri semakin kalut

Dan orang-orang kecil semakin karut

Yang lebih parah dari tidak dapat tertolong adalah

tidak tahu harus meminta tolong kepada siapa

Topik Terkait: #Lorong Rumah Sakit#Puisi

Leave a Response