Judul Buku      : Parade Kisah Pengguna Taksi & Ojek Online

Penulis              : Desi Lastati, dkk

Penerbit            : Diva Press

Cetakan            : I, 2018

Tebal                 : 160 halaman

ISBN                 : 978-602-391-532-3

 

Sejak transportasi online begitu booming di berbagai kota, masyarakat semakin dimudahkan saat bepergian dengan fasilitas rasa nyaman, aman, dan harga terjangkau. Kini, tak lagi ada drama tawar menawar harga sebagaimana kerap terjadi dulu saat hendak menggunakan jasa para pengojek yang mangkal di pinggir jalan. Pengguna transportasi online pun tak perlu repot-repot menghampiri si pengojek online, karena setelah memesan lewat aplikasi di android, si pengojeklah yang akan datang menjemput.

Menggunakan jasa transportasi online banyak suka dukanya. Lewat buku ini, penerbit Diva Press merangkum kisah para pengguna ojek dan taksi online yang diwarnai suka duka. Ada kisah mengharukan, bikin tertawa, bahkan ada juga yang malah bikin jengkel. Kisah mengharukan misalnya, pernah dialami Fanny Christina Hadiyanto, mahasiswi kelahiran Malang 11 Maret 1999 misalnya.

Suatu hari Fanny bersama seorang teman ingin pergi ke Mal Pasar Atum di daerah Surabaya dengan taksi online. Setelah ditunggu-tunggu, pengemudi yang terdeteksi seorang perempuan itu tak kunjung muncul. Padahal lokasi dengan taksi tersebut tak jauh. Di peta dalam aplikasi taksi online tak tampak pergerakan dari mobil tersebut.

Fanny pun menelepon si pengemudi taksi yang langsung berjanji akan segera meluncur menjemputnya. Ada yang aneh sebenarnya, karena ia menerima telepon sambil menangis. Fanny merasa penasaran dan menanyakan kondisinya, tapi ia bilang tidak apa-apa. Tak lama kemudian, taksi tersebut pun datang. Si pengemudi menurunkan kaca mobil dengan wajah amburadul, terlihat habis menangis.

Ternyata ia menangis karena baru putus dari pacarnya. Di dalam mobil, pengemudi yang mengaku mahasiswi semester akhir itu bercerita panjang lebar tentang masalahnya. Termasuk skripsinya yang masih ditolak padahal sudah revisi belasan kali.

Barusan ia menerima pesanan taksi online pun secara tak sadar, makanya tak segera berangkat, hingga akhirnya ditelepon. Fanny dan temannya berusaha menghibur dan memotivasinya. Hingga tak terasa mereka sampai di tempat tujuan. Usai membayar dan mengucapkan terima kasih, Fanny melihat wajah si pengemudi sudah tampak lebih baik, meski tak ada senyum di wajahnya (halaman 10).

Kisah pengguna ojek online yang bikin tertawa sekaligus mengharukan dialami Beni Ananto, pria kelahiran Bekasi 20 April 1989 yang bekerja sebagai call centre di bilangan Gatot Subroto, Jakarta.

Suatu hari, ia ada janji dengan temannya di salah satu mal daerah Bekasi. Ia memilih naik ojek online. Ia pun membuka aplikasi Go-Jek dan segera memesan. Sungguh ia tak mengira ternyata pengemudi ojek online tersebut adalah perempuan berbadan gemuk mengendarai motor matic. Meski di jalanan Jakarta, melihat driver ojek perempuan bukan hal baru, tapi ini pengalaman pertama naik ojek yang pengemudinya adalah perempuan.

Sebenarnya Beni merasa canggung harus dibonceng driver perempuan. Tubuhnya terlihat lebih menjulang di jok belakang. Dalam hati sebenarnya ia ingin pindah posisi di depan, tapi tentu itu tidak mungkin ia utarakan. Di tengah jalan, Beni sempat melihat dirinya menjadi pusat perhatian. Beberapa pasang mata memerhatikan mereka berdua. Namun Beni tak memedulikannya (halaman 58).

Ternyata driver yang mengaku bernama Rince tersebut adalah seorang single parent yang harus berjuang menghidupi anak sematangnya. Ibu yang terlihat periang dan ramah itu bercerita panjang lebar tentang kisah hidupnya.

Mbak Rince bekerja usai Subuh sampai jam 9 malam. Semua itu ia lakukan agar bisa menghidupi keluarga kecilnya. Mbak Rince mengucapkan terima kasih kepada Beni karena tak membatalkan orderan ojeknya. Biasanya, kalau tahu drivernya perempuan, sering dicancel orderannya. Beni  tercenung melihat kenyataan hidup Mbak Rince yang begitu keras, seorang ibu muda yang berjuang menghidupi anak semata wayang, bekerja sendirian di jalan yang rentan bahaya.

Kisah Iis Soekandar, lulusan S-1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang saat ini bermukim di Semarang juga menarik disimak. Tak memiliki kendaraan pribadi menjadikan ia ketagihan menggunakan ojek online.

Yang menarik, Iis berusaha memperlakukan driver layaknya sahabat. Rupanya ia begitu menyadari, setiap driver berjasa besar baginya. Maka tak heran bila terkadang, ia tak mau mengambil sisa uang pembayaran ojek online. Bahkan, terkadang ia juga memberikan makanan yang ia miliki pada saat itu kepada driver ojek online (halaman 80).

Masih banyak kisah-kisah menarik dari para pengguna transportasi online dalam buku ini yang tak sekadar menghibur, tapi juga memberikan pelajaran berharga sekaligus motivasi kepada para pembaca.

Leave a Response