Beberapa waktu lalu, Kiai Ulil Abshar Abdalla dan sang istri, Ienas Tsuroiya mengadakan lelang barang-barang kesayangan untuk membantu mereka yang terdampak Covid-19. Keduanya juga mengajak beberapa tokoh terkemuka untuk mengikuti lelang terbuka melalui akun facebook dan instagram. Seperti KH Mustafa Bisri, Lukman Hakim Saifuddin, dan Yaqut Cholil Qoimas.
Semangat welas asih merupakan pantulan dari altruisme yang semakin lama hilang tergerus oleh hedonisme dalam kehidupan masyarakat modern. Altruisme menurut filsuf August Comte berasal dari bahasa latin alter, sebuah panggilan moral untuk meninggalkan kepentingan diri sendiri demi kepentingan orang lain. Filsafat ini menegasikan filasafat pragmatisme, hedonisme, individualistik, dan egoistik yang berkembang di Eropa pada abad ke-20.
Dalam situasi seperti saat ini, solidaritas kemanusiaan dari siapa pun bagi mereka yang terdampak wabah covid-19 sangat penting. Tanpa memerdulikan sekat-sekat suku, agama, iman, warna kulit, dan lain sebagainya.
Berbagai kebijakan memang telah diambil oleh pemerintah, social and physical distancing (penjarakan fisik dan sosial) dan lain sebagainya, untuk mecegah merebaknya Covid-19 ini. Namun tak semua orang bisa melakukan penjarakan sosial dan bekerja dari rumah. Bagi para eksekutif, PNS, dosen, desainer mungkin ruang kerja tidak hanya melulu diperkantoran.
Mereka dapat bekerja dari rumah (work from home). Namun bagi sopir, tukang becak, pedagang di pasar dan lain sebagainya mereka tetap harus melakukan pekerjaan mereka. Karena sebagian mereka tidak bisa hidup lebih lama lagi jika tidak bekerja. Hal ini saya katakan bukan berarti menafikan qudrat dan iradat Allah Swt. Tetapi berdasarkan metode induktif dan realitas empiris yang ada di tengah masyarakat kita.
Di sinilah dituntut solidaritas sosial kita, untuk secara spontan dan gotong royong membantu mereka. Bisa dengan cara yang paling mudah, misalnya kita pesan makanan ke mereka, atau menyisihkan sebagian pendapatan yang kita peroleh untuk membantu mereka. Atau juga menjadi sukarelawan dan bekerja sosial bagi mereka, dan menghubungkan antara mereka yang terpapar dengan bantuan pemerintah.
Dalam Islam nilai-nilai altruisme ini disebutkan dengan gamblang dalam ayat wayu’tsiruna ala anfusihim walau kana bihim khososh (mereka—para sahabat Nabi—mengalahkan kepentingan pribadi mereka meskipun mereka juga mengalami kesempitan).
Semangat welas asih di tengah-tengah pandemi covid-19 ini perlu untuk dipupuk dan digelorakan lebih kencang lagi. Semoga semangat seperti ini semakin berkobar mengalahkan egoisme dan invidualisme dalam masyarakat. Wallahu a’lam bishawaab.