Manusia menjadi makhluk yang paling sempurna, di antaranya karena adanya akal. Namun keberadaan akal tidaklah sempurna apabila tidak ada stimulus yang dapat merangsangnya untuk bekerja lebih jernih sehingga bisa menerima pesan-pesan Ilahi. Stimulus tersebut adalah hati.
Hati merupakan eksistensi ruhani yang berfungsi meliputi seluruh kekuatan dan potensi manusia: ruhani, ‘aqliyah, dan kehendak, di mana manusia dengannya dapat merasa, berpikir, mengetahui, bahkan dapat mencapai ma’rifatullah dan dekat dengan-Nya.
Dalam hadis dikatakan:
“Ingatlah, sesungguhnya dalam sebuah jasad terdapat segumpal daging, jika ia baik maka seluruh jasadnya akan menjadi baik, jika ia rusak maka seluruh jasadnya pun akan rusak, ia adalah Hati.” (H.R. Al-Bukhari)
Hadis ini adalah potongan dari hadis yang membicarakan tentang keutamaan orang yang memelihara agamanya. Hadis ini harus dipahami secara keseluruhan, adanya huruf tanbih (pengingat) di awal hadis tak lepas dari fungsinya yaitu mengembalikan fokus pembicaraan kepada pendengar/pembaca/lawan berbicara.
Pesan itu menekankan kita agar selalu menjaga kesucian hati supaya selalu bersih, sehat, dan saliim (selamat) dari segala maksiat-maksiat yang dapat mengotori hati.
Dalam Q.S Surah al-Hajj ayat 52-54 telah dijelaskan tentang klasifikasi hati manusia:
Artinya: “Dan Kami tidak mengutus seorang rasul dan tidak (pula) seorang nabi sebelum engkau (Muhammad), melainkan apabila dia mempunyai suatu keinginan, setan pun memasukkan godaan-godaan ke dalam keinginannya itu. Tetapi Allah menghilangkan apa yang dimasukkan setan itu, dan Allah akan menguatkan ayat-ayat-Nya. Dan Allah Maha Mengetahui, Mahabijaksana, Dia (Allah) ingin menjadikan godaan yang ditimbulkan setan itu, sebagai cobaan bagi orang-orang yang dalam hatinya ada penyakit dan orang yang berhati keras, Dan orang-orang yang zalim itu benar-benar dalam permusuhan yang jauh, dan agar orang-orang yang telah diberi ilmu, meyakini bahwa (Al-Qur’an) itu benar dari Tuhanmu lalu mereka beriman dan hati mereka tunduk kepadanya. Dan sungguh, Allah pemberi petunjuk bagi orang-orang yang beriman kepada jalan yang lurus.”
Al-Imam Ibn Qayyim Al-Jauziyah dalam kitab Tibbul Qulub membagi hati ke dalam tiga jenis, yaitu hati yang sehat, hati yang mati, dan hati yang sakit.
Terdapat beberapa ibarat atau pendapat para ulama tentang hati yang sehat. Pertama, hati yang sehat adalah hati yang selamat dari setiap syahwat yang menyalahi perintah Allah dan larangan-Nya dan dari syubhat yang menentang kalam-Nya.
Kedua, hati yang sehat adalah hati yang selamat dari menyembah selain Allah, dari mengambil hukum selain dari Rasulullah S.A.W. Selamat dari mencintai selain Allah, dari takut, berharap, tawakkal dari selain Allah, serta iysar (Mementingkan) ridho Allah pada setiap keadaan dan menjauhi kemurkaan Allah dengan segala cara.
Ketiga, hati yang sehat adalah hati yang selamat dari menyekutukan Allah, dan murni beribadah hanya kepada Allah.
Amal pemilik hati yang sehat murni karena Allah. Jika ia cinta, benci, memberi sesuatu maka ia lakukan karena Allah. Hanya dengan hati yang sehat inilah seseorang bisa selamat pada hari kiamat nanti. Sebagaimana firman Allah s.w.t pada surah Al-Syu’ara ayat 88-89. :
“(Yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih)”.
Ibnu Qayyim menjelaskan bahwa hati yang mati adalah hati yang tidak mengetahui Tuhannya, tidak menyembah dan melaksanakan perintah tuhan-Nya, tidak dicintai dan tidak mendapat Ridho dari Allah s.w.t. Hati yang mati adalah hati yang selalu mengikuti syahwat dan kenikmatan-kenikmatan dunianya walaupun di dalamnya terdapat kemurkaan dan kemarahan Tuhan-Nya. Ia tidak peduli apakah diridhoi atau dimurkai Tuhannya.
Ciri-ciri hati yang mati adalah menyembah selain Allah, lebih mementingkan dan lebih mencintai hawa nafsunya daripada ridha Tuhannya. Semua yang dilakukan adalah berdasarkan hawa nafsunya. Ketika ia mencinta, membenci, memberi sesuatu itu dilakukan atas dasar hawa nafsu nya.
Imam Ibnu Qayyim menjelaskan barang siapa yang bergaul dengan pemilik hati yang mati maka akan terkena penyakit hati. Dan barangsiapa yang menjadikannya teman berkumpul ia akan celaka.
Hati yang sakit adalah hati yang hidup namun terdapat penyakit di dalamnya. Jenis hati ini sesekali ditimpa penyakit dan sesekali tidak. Hati yang sakit adalah hati yang dapat mendominasi di antara keduanya. Klasifikasi hati yang ketiga ini lebih sering kita jumpai bahkan kita rasakan sendiri.
Dalam hati yang sakit terkadang terdapat mahabbah, iman, ikhlas, tawakkal kepada Allah s.w.t. Yang mana faktor ini yang menjadikan unsur hati tersebut hidup. Terkadang terdapat cinta dan mementingkan serta bersemangat untuk mencapai apa yang diinginkan syahwatnya, hasud, sombong, ujub, cinta keluhuran atau pangkat dunia. Yang mana unsur-unsur ini dapat menjadikan hati seseorang rusak dan hancur.
Hati yang ketiga ini yaitu hati yang sakit, adakalanya dekat dengan keselamatan dan adakalanya dekat dengan kebinasaan. Wallahu A’lam.