Judul Buku      : Merindu Baginda Nabi

Penulis             : Habiburrahman el-Shirazy

Penerbit          : Republika Penerbit

Cetakan           : April 2018

Tebal               : 177 hlm.

ISBN               : 9786025724199

 

Karakter seseorang tumbuh dari tiga hal yang kemudian dapat memengaruhinya; pendidik, bacaan, dan lingkungan. Ketiga hal tersebut merupakan tiga komponen yang tidak boleh lepas dari setiap diri manusia guna menumbuhkan karakter dalam diri mereka. Baik-buruknya karakter seorang, secara psikoligis, ditentukan oleh ketiga hal tersebut. Tetapi, yang paling dominan dalam memberi pengaruh terhadap penumbuhan karakter manusia adalah pendidik yang sudah sejak usia dini, dalam hal ini adalah orang tua atau pengasuhnya. Karena, orang tua adalah ladang pertama untuk menanamkan kemudian menumbuhkan karakter yang berkualitas bagi putra-putrinya.

Nabi pun telah menyinggung, betapa didikan orang tua mampu menjadi penentu status keimanan anak-anaknya. Kedua orang tua mampu membawanya sekehendak yang dia mau; Yahudi kah, Nasrani kah, atau Majuzi? Novel yang bertajuk Merindu Baginda Nabi ini adalah sebagai bentuk representatif dari sabda Nabi tersebut; seorang anak yang tidak didamba kelahirannya oleh orang tua kandungnya sehingga dia harus dibuang ke tempat sampah hanya berselimut kardus (hlm. 2).

Meskipun demikian, ia tumbuh dan berkembang di tengah taburan cinta dan kasih sayang dari orang-orang yang sama sekali tidak mempunyai aliran darah dengannya. Syarifatul Bariyah yang memiliki nama panggilan Rifa itu hidup sejak balita bersama sepasang suami istri yang faham dan taat pada agama setelah ditemukan di tempat sampah oleh seorang nenek yang kemudian memasrahkannya kepada mereka berdua.

Kang Abik (panggilan akrab Habiburrahman el-Shirazy, penulis novel ini) mengimajinasikan novelnya ini dengan sedemikian rupa, hingga membuat para pembaca tergugah jiwanya. Pak Nur yang menjadi ayah angkat Rifa, memberikan didikan dengan sangat lembut sekaligus sebagai teladan yang baik bagi Rifa.

Tersebut, sebagai upaya menumbuhkan karakter positif pada anak angkatnya itu. Dia senantiasa mengenalkan nilai-nilai luhur kepada Rifa dengan langsung menyontokannya kepada Nabi (hlm. 27), hanya saja lebih aktual. Maka, tidak heran apabila Rifa tumbuh dewasa sebagai anak yang barhati lembut serta karakter yang mengundang puji. Sebagaimana kata pepatah yang juga dikutip dalam novel ini, lain ladang lain belalang, lain lubuk lain ikannya (hlm. 19).

Selain budi luhur yang sudah tertanam kuat dalam hatinya, ia juga mempunyai daya belajar yang kuat sehingga ia sering meraih prestasi yang gemilang dan membanggakan. Hal itu, didukung oleh lingkungannya yang setiap harinya dipenuhi dengan belajar-mengajar. Sebab, ia hidup di tengah lingkungan pesantren hasil rintisan ayah angkatnya yang tak lain adalah Pak Nur. Selain sebab itu, teman-temannya yang selalu menjadi sumber motivasi, saling adu cita-cita untuk memacu semangat, dan menjadikan teman sebagai lawan dalam upaya menggapai prestasi.

Tentu, dalam setiap jalan menuju kesuksesan, tidak selamanya lurus dan mulus. Ada kalanya, jalan itu terdapat tikungan dan aral melintang sebagai sebuah ujian dalam perjalanan menuju kesuksesan. Dalam novel ini, Kang Abik tidak lupa memberikan peringatan bahwa setiap kesuksesan tidak melalui proses yang enteng dan instan, melainkan harus berjuang dan berkorban.

Rifa yang sebetulnya ingin menjadikan Arum (pelakon antagonis dalam novel ini) sebagai rival hanya sebatas dalam belajarnya saja dengan tujuan untuk memacu semangatnya, justru Arum menganggapnya musuh abadi karena ketidak-mampuannya mengalahkan Rifa, baik di ruang lingkup belajar ataupun di luarnya. Sehingga, muncul rasa iri-dengki terhadap Rifa (hlm. 165)

Begitulah gambaran rintangan yang pasti akan dilalui oleh para pencari permata yang digambarkan oleh Kang Abik dalam novel ini. Namun, Kang Abik juga tidak lupa, seakan-akan beliau menyampaikan pesan, bahwa kendala serta rintangan yang berhasil dilalui dengan penuh kesabaran, maka jalan keluar akan segera tampak di depan mata. Karena karakter hebat yang tumbuh dan mengakar dalam dirinya, Rifa menjalani dan menghadapi segala rintangan hidupnya dalam meraih kesuksesan belajarnya dengan penuh ketabahan dan kesabaran. Karena kesabarannya, Allah memberikannya kemudahan yang tidak disangka-sangka sehingga bisa melanjutkan belajarnya hingga keluar negeri dengan beasiswa.

Karakter yang tumbuh dalam diri Rifa begitu kuat dan kokoh, begitu pula karakter moralnya sehingga Rifa menjadi orang yang beriman, takwa, dan berakhlak mulia. Pun karakter kinerjanya,  ia menjadi tipe orang yang terus berusaha keras, tangguh, ulet, dan tak mudah menyerah demi menggapai tujuannya. Pak Nur sebagai Ayah angkatnya telah sukses menumbuhkan karakter yang hebat dalam dirinya sejak dini. Disertai pula dengan lingkungan bergaulnya yang baik bersama teman-temannya.

Melalui novel ini, kang Abik memberikan penjelasan kepada semua orang tua, wali, atau pun pendidik lainnya, bagaimana yang semestinya mereka lakukan kepada anak-anaknya. Semoga bermanfaat.

 

 

Leave a Response