Setiap peristiwa pasti ada hikmahnya. Termasuk hikmah di balik musibah wabah virus corona atau Covid-19 yang melanda seluruh dunia. Sebagai manusia yang beragama, kita tentunya diharuskan untuk senantiasa banyak bersikap husnudzan atas segala kejadian yang telah menimpa baik di laut, udara dan juga darat.

Dalam perspektif agama Islam, suatu bencana (musibah) yang menimpa manusia bukanlah merupakan adzab (azab) sebagai tanda akhir dari kehidupan. Seperti halnya yang terjadi pada pandemi virus corona ini yang telah menjangkiti hampir seluruh negara di seluruh penjuru bumi.

Perlu dipahami bahwa virus corona (Covid-19) adalah hanya sebuah partikel kecil. Masih jauh jika dibandingkan dengan azab yang telah menimpa bangsa (kaum) ‘Ad Nabi Nuh, kaum Tsamud Nabi Saleh, kaum Nabi Musa, maupun, Nabi Luth As. Kendati demikian, keberadaan virus corona memang dirasakan relatif sangat membahayakan bagi keselamatan manusia guna melangsungkan kehidupan di bumi.

Oleh karenanya, hikmah pandemi virus corona dalam perspektif agama dapat dikatakan sebagai salah satu bentuk ujian dari Tuhan kepada para hamba-Nya. Di samping itu juga agar senantiasa mengakui kebesaran dan keagungannya, meyakini eksistensi, mengharap limpahan perlindungan kepadanya serta mensyukuri atas segala karunia-Nya.

Setidaknya dalam perspektif agama terdapat lima (5) hikmah di balik pandemi virus corona (Covid-19) yang sedang menimpa umat manusia saat ini. Hikmah dapat diperoleh minimal sebagai bentuk pelajaran berharga bagi manusia dalam menjalani kehidupan di muka bumi.

Pertama, meneguhkan keyakinan dan menyerahkan diri secara totalitas kepada Tuhan. Terjadinya pandemi virus corona yang hingga kini belum ditemukan vaksinnya telah membuat mayoritas manusia beragama bergerak menguatkan keyakinan dan menyerahkan diri kepada Tuhannya.

Mereka seakan telah sadar bahwa segala yang terjadi merupakan bagian dari qudrah dan iradah-Nya, Dia yang mampu menentukan hidup maupun matinya manusia, dan tidak terdapat sesuatu yang mampu untuk menyerupainya apalagi bersikap untuk menandinginya.

Kedua, membumikan kesabaran dan perbanyak memanjatkan doa. Sudah menjadi sesuatu yang maklum bahwa manusia sulit untuk bersikap sabar dalam menjalani kehidupan dan sering kali bersikap sombong kepada Tuhannya baik secara eksplisit maupun implisit.

Namun, situasi saat ini telah mengubah kedua sikap buruk tersebut, di mana mayoritas manusia mulai membumikan sikap sabarnya dalam segala hal dan secara kontinu memanjatkan doa dengan meminta perlindungan keselamatan agar terhindar dari bahaya virus corona.

Ketiga, menjaga kebersihan diri dan lingkungan. Pada dasarnya seluruh ajaran agama memerintahkan pemeluknya untuk senantiasa menjaga kebersihan baik diri maupun lingkungan, karena dengannya itu dapat tercipta keindahan dan kesehatan.

Mewabahnya virus corona kini telah membuat mayoritas manusia mulai menyadari arti pentingnya kebersihan. Selain itu, memiliki kepekaan yang tajam untuk menjaga kebersihan sehingga dapat hidup sehat dan terhindar dari segala macam penyakit. Hal ini sesuai dengan kaidah agama (Islam) yang menyebutkan “kebersihan adalah sebagian dari iman”.

Keempat, memperkuat ukhuwah insaniyah (kemanusian) dan wathaniyah (kebangsaan). Memang secara tabiatnya manusia hidup di alam dunia ini berdampingan dengan manusia lainnya dan mereka saling membutuhkan.

Inilah inti dari kehidupan sosial, bahkan dalam agama melalui sabda Rasulullah SAW: “Belum dinyatakan sempurna keimanan manusia sehingga ia mampu mencintai saudaranya sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri”.

Hadits tersebut menjadi landasan utama agar manusia membangun hubungan yang baik dengan Tuhan dan juga manusia (hablum minallah wa hablum min an-nas). Situasi pandemi virus corona telah membuka hati manusia untuk memberikan pertolongan kepada sesamanya baik berupa materi maupun non-materi (tenaga).

Dengan begitu maka akan tercipta rasa kasih dan sayang antar sesama manusia, saling bantu membantu khususnya terhadap mereka yang dalam kategori kelompok duafa.

Kelima, membangun mentalitas diri yang baik. Memang tidak dapat dipungkiri bahwa kerusakan yang terjadi di alam semesta ini akibat dari perilaku ulah dan kaki tangan manusia itu sendiri. Terjadinya pandemi virus corona telah membuat mayoritas sadar agar tidak bersikap berlebihan terhadap alam ini apalagi merusaknya.

Oleh karenanya diperlukan sikap disiplin diri dan kehati-hatian dalam berperilaku sehingga mampu menciptakan suasana keindahan maupun kedamaian. Kedua sikap tersebut sangatlah penting sebagai pengontrol perilaku manusia agar tidak memicu perilaku serakah yang dapat membahayakan kehidupannya.

Demikian hikmah di balik pandemi wabah virus corona (Covid-19). Sebagai manusia yang penuh dengan kelemahan tentunya kita semua berharap semoga masa pandemi virus corona ini dapat segera berakhir. Dengan begitu kehidupan di bumi dapat berjalan dengan normal sehingga manusia senantiasa diliputi dengan ketenangan.

Hanya kepada Tuhan sang pencipta alam semesta ini kita semua meminta pertolongan, perlindungan dan permohonan ampunan atas segala kekeliruan yang telah kita lakukan di bumi ini. Wallahu A’lam.

Leave a Response