Dusun Mlangi namanya, terletak di  Nogotirto, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Potensi Mlangi yang kaya dengan catatan sejarah itu membuat Pemerintah Kabupaten Sleman menetapkan Mlangi sebagai destinasi desa wisata religi.

Tak hanya itu, banyaknya pesantren dan lokasi yang strategis ikut menjadi alasan mengapa Mlangi menjadi desa wisata. Belum lagi ditambah dengan keberadaan makam keramat yakni makam KH. Nur Iman yang banyak dikunjungi peziarah bahkan dari luar daerah. Makam ini bukan kuburan sembarang. Sosok Kiai Nur Iman, penghuni makam, memegang peranan penting dari sejarah Mlangi.

Untuk menuju lokasi Mlangi, dari Bandara Adi Sucipto atau Stasiun Kereta Api Tugu, pengunjung bisa naik taksi menyusuri jalan lingkar Yogyakarta (Ring Road) Kota Yogyakarta di bagian Barat. Lokasi desa wisata Mlangi mempunyai jalan akses langsung dari jalan Ring Road. Jarak dari Mlangi ke jalan lingkar hanya berkisar 500 meter.

Pemerintah Kabupaten Sleman di bidang religi menetapkan Mlangi sebagai salah satu desa wisata. Sebagai gambaran sosio-kultural, desa Wisata Religi Mlangi didukung oleh keberadaan lima modal sosial dan budaya yang dimiliki masyarakat setempat.

Salah satu masjid di Yogyakarta yang disebut-sebut sebagai pathok negoro bersama-sama empat masjid yang lainnya, yaitu Masjid Jami’ di Mlangi, Masjid Sultoni di Ploso Kuning, Masjid Ad-Darojah di Babadan Baru, Masjid Nurul Huda di Dongkelan dan Masjid Taqwa di Wonokromo Bantul. Keberadaan masjid pathok negoro di Mlangi menjadi ikon utama desa wisata religi Mlangi.

Di desa wisata Mlangi, masyarakat secara dinamis dan turun temurun mengembangkan ekonomi mereka berbasis industri rumah tangga. Mereka berusaha mulai dari usaha konveksi, kerajinan, kuliner, jamu-jamuan, maupun bidang-bidang yang lain.

Mlangi memiliki beraneka ragam upacara tradisi. Di antara tradisi tersebut yaitu upacara saat istri-istri mereka hamil, melahirkan, hingga ada anggota masyarakat yang meninggal dunia, tradisi slametan (syukuran) pun terjadi saat pernikahan, dolanan anak hingga tradisi sunatan dan perkawinan.

Terdapat beragam jenis kesenian di Mlangi yakni Slawatan jowo, Kojan, Seni rodad, Rengeng-rengeng, Berjanjen, Hadroh – Ngarak, Simthud duror dan sebagainya.

Salah satu kuliner paling khas di Mlangi adalah opor bebek. Namun selain opor bebek, ada beberapa menu santapan yang bisa didapat di desa ini. Hidangan berbentuk lauk pauk: Jangan bobor, Sego tumpeng sambel pitu, Jangan kelontoko, Jangan urip-urip, Jangan kothok, Jangan besengek, Uyah salam, Brambang salam.

Kampung santri

Suasana religi di Mlangi benar-benar membuat desa ini layak disebut sebegai kampung santri. Enam belas pesantren dan santri-santrinya mampu mewarnai kampung dengan kekhasannya. Tidak heran jika Mlangi ditetapkan sebagai desa wisata berbasis pesantren. Untuk pemberdayaan ekonomi di pesantren, salah satu gagasan yang perlu dieksplorasi adalah pengembangan pariwisata berbasis pesantren.

Desa wisata merupakan suatu bentuk integrasi antara atraksi, akomodasi, dan fasilitas pendukung. Keberadaannya disajikan dalam suatu struktur kehidupan masyarakat yang menyatu dengan tata cara dan tradisi yang berlaku.

Bukan hanya kaya sejarah budaya dan religi, Mlangi dihidupkan oleh kegiatan ekonomi. Mlangi pernah mencatat menjadi salah satu pusat industri batik berbasis masyarakat pada era 70-an hingga 80-an. Batik yang dihasilkan adalah batik lukis.

Berbagai komoditi untuk pemenuhan pasar rakyat Malioboro dihasilkan dari industri santri Mlangi. Mlangi saat itu menjadi pemasok utama dagangan konveksi di sepanjang Malioboro. Bahkan saat itu, konveksi produksi Mlangi telah menjadi pemasok ke Borobudur, Prambanan hingga ke Pangandaran di Jawa Barat.

Kawasan Mlangi sebagai kawasan desa wisata yang berbasis pesantren merupakan modal sosial dan budaya yang tidak terpungkiri. Dengan keberadaan beberapa aset wisata seperti masjid pathok negoro, makam Mbah Nur Iman, keberadaan 16 pesantren, keberadaan masyarakat yang aktif dalam industri kreatif menjadi kekayaan desa Mlangi yang saling melengkapi untuk menjadikan kawasan Mlangi layak sebagai daerah tujuan wisata.

Pesantren Ar-Risalah dengan kepemimpinan KH. Abdullah telah menjadi pelopor dalam menjadikan kawasan Mlangi sebagai tujuan wisata (ziarah). Beberapa langkah telah dilakukan Kiai Abdullah untuk mendorong Mlangi menjadi yang semakin ramai dikunjungi para peziarah, seperti pembangunan Makam Mbah Nur Iman, pendiri desa Mlangi, acara Haul Tahunan yang melibatkan semua warga Mlangi dalam menghormati tokoh pendahulu mereka. Tak lupa usaha ekonomi yang memfasilitasi kebutuhan para peziarah. (RMF)

 

*) Tulisan ini adalah rangkuman dari diseminasi penelitian Muhamad Murtadlo yang diterbitkan Puslitbang Bimas Agama dan Layanan Keagamaan Kementerian Agama tahun 2017.

Gambar ilustrasi: wijna.web.id

Topik Terkait: #Hasil Penelitian

Leave a Response