Bulan Dzulhijjah adalah bulan di mana umat muslim di dunia diwajibkan untuk menunaikan ibadah haji bagi yang mampu. Karena ibadah haji merupakan salah satu bentuk rukun Islam yang ke lima, sehingga bagi umat muslim yang mampu dan sudah memenuhi syarat diwajibkan untuk menjalankan ibadah haji tersebut.
Sedangkan bagi umat muslim yang tidak mampu dalam melaksanakan ibadah haji, ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk melaksanakan bentuk amalan-amalan di bulan Dzulhijjah yang pahalanya tidak kalah penting dengan ibadah haji.
Dalam hal ini beberapa bentuk ibadah yang bisa dilakukan dalam bulan Dzulhijjah, antara lain adalah ibadah kurban, ibadah puasa Tarwiyah, dan ibadah puasa Arafah. Adapun bentuk amalan yang sangat bisa dilakukan di sini adalah puasa Tarwiyah dan puasa Arafah.
Oleh karena itu, bentuk amalan yang kedua ini sangat mungkin kita lakukan dan dianjurkan untuk menjalankan ibadah sunah puasa tarwiyah dan Arafah.
Puasa Tarwiyah adalah puasa yang dilakukan pada hari Tarwiyah, yaitu bertepatan pada tanggal 8 Dzulhijjah, satu hari sebelum dilaksanakannya wukuf Arafah.
Sedangkan puasa Arafah adalah puasa yang dilakukan pada hari Arafah, yakni bertepatan pada tanggal 9 Dzulhijjah atau bertepatan pada saat jemaah haji melakukan wukuf di Padang Arafah.
Baik puasa Tarwiyah dan puasa Arafah hukumnya adalah sunah muakkad atau sangat dianjurkan, agar kita dapat turut merasakan nikmatnya ibadah seperti yang dirasakan oleh para jemaah haji. Oleh karena itu, ada beberapa keistimewaan dalam menjalankan ibadah sunah puasa Tarwiyah dan Arafah.
Dalam hal ini, salah satu bentuk keistimewaan atau keutamaan dalam menjalankan ibadah puasa Tarwiyah adalah dapat membersihkan dan menghapus dosa tahun lalu. Selain itu juga, keutamaan lainnya adalah untuk mendapatkan keberkahan hidup dan akan dilipatgandakan segala bentuk amal ibadah kita. Adapun hadis yang menguatkan dalam hal ini, di antaranya adalah:
“Siapa yang puasa 10 hari, maka untuk setiap harinya seperti puasa sebulan. Dan untuk puasa pada hari Tarwiyah, seperti puasa setahun. (HR. Ali Al-Muairi, At-Thibbi, Abu Sholeh, dan Ibn Abbas).
Dari hadist di atas sangat jelas, bahwa keutamaan menjalankan ibadah sunah puasa Tarwiyah adalah akan dilipatgandakan pahalanya dan dapat menghapus dosa selama satu tahun yang akan datang. Sehingga dari hadis ini juga dapat menjadikan penyemangat bagi umat muslim untuk senantiasa dalam menjalankan segala bentuk ritual ibadah yang berdampak pada kehidupan kita, serta untuk meningkatkan ketakwaan kita dihadapan Allah.
Adapun niat puasa tarwiyah 8 Dzulhijjah adalah sebagai berikut:
نَوَيْتُ صَوْمَ تَرْوِيَةَ سُنَّةً لِلِّه تَعَالَى
“Nawaitu shouma tarwiyata sunnatan lillahi ta’ala. Yang artinya; Saya berniat puasa sunah Tarwiyah karena Allah Ta’ala.”
Bentuk keistimewaan atau keutamaan dalam menjalankan ibadah sunah puasa Arafah adalah dihapuskannya segala dosa selama satu tahun yang lalu dan satu tahun yang akan datang. Dalam hal ini, hadist yang menjelaskan tentang keistimewaan puasa arafah adalah:
“Barang siapa yang berpuasa pada hari arafah, maka ia akan diampuni dosa-dosanya setahun yang lalu dan satu tahun yang akan datang.” (HR. Ibnu Majah).
Keutamaan dari hadis di atas juga diperkuat dari hadis yang diriwatkan oleh Abu Qatadah al-Anshar.
“Dan Rasulullah saw. ditanya tentang berpuasa di hari Arafah. Maka, baginda bersabda, ia menebus dosa setahun yang telah lalu dan setahun yang akan datang.” (HR. Imam Muslim).
Adapun niat dari ibadah puasa sunah Arafah 9 Dzulhijjah adalah sebagai berikut:
نَوَيْتُ صَوْمَ عَرَفَةَ سُنَّةً لِلِّه تَعَالَى
“Nawaitu shouma ‘arafata sunnatan lillahi ta’ala. Yang Artinya: Saya berniat puasa sunah ‘Arafah karena Allah Ta’ala.”
Oleh karena itu, dari keistimewaan di atas baik dari ibadah puasa Tarwiyah dan ibadah puasa Arafah. Pada intinya adalah, untuk menumbuhkan spirit ritual ibadah kita untuk senantiasa menjalankan perintah Allah dan mendekatkan diri kita kepada Allah, agar terhindar dari kemaksiatan dan kemungkaran. Wallahu ‘alam bisawab