Dalam sejarah peradaban Islam, kaum perempuan mempunyai banyak peran, termasuk peran dalam mendidik dan melahirkan tokoh-tokoh besar dalam dunia Islam. Salah satunya adalah Fathimah binti Ibn al-Mutsanna. Fathimah binti Ibn al-Mutsanna merupakan sosok sufi perempuan yang mempunyai peran besar terhadap tokoh besar Islam yang bernama Ibnu Arabi.

Ibnu Arabi sendiri dalam perjalanan hidupnya, banyak bertemu dengan sosok perempuan. Bahkan dalam menulis kitab Tarjuman al-Asywaq, Ibnu Arabi dianggap sebagian peneliti terinspirasi dari pertemuannya dengan sosok perempuan. Khususnya para perempuan sufi yang ada di Sevilla, salah satunya adalah Fathimah binti Ibn al-Mutsanna.

Pertemuan Ibnu Arabi dengan Fathimah binti Ibn al-Mutsanna terjadi ketika berada di Sevilla. Tepatnya setelah Ibnu Arabi pindah tidak lama dari Murcia ke Sevilla pada tahun 568 H. Yang mana pada waktu itu, Ibnu arabi diperkirakan masih berusia 8 tahun.

Sebagaimana para tokoh sufi perempuan lainnya, tahun lahir dan riwayat kehidupan Fathimah binti Ibn al-Mutsanna tidak banyak tercatat dalam catatan-catatan sejarah. Namun, Yunus Masrukhin dalam buku Biografi Ibn Arabi Perjalanan Spiritual Mencari Tuhan Bersama Para Sufi memberikan gambaran. jika Ibnu Arabi lahir pada tahun 560 H, dan bertemu Fathimah Ibn al-Mutsanna umur 8 tahun sedangkan pada waktu itu Fathimah binti Ibn al-Mutsanna sudah berusia 95 tahun. Maka kelahiran Fathimah binti Ibn al-Mutsanna kira-kira sekitar sebelum tahun 500 H an, yaitu antara 470-490 H.

Keberadaan sosok sufi perempuan yang bernama Fathimah binti Ibn al-Mutsanna, diakui sendiri oleh Ibnu Arabi. Di mana dalam karyanya Futuhat al-Makiyyah, Ibnu Arabi mengatakan bahwasanya dirinya pernah melayani seorang sufi perempuan yang berhasil mendapatkan cinta Ilahi dan makrifat ketuhanan ketika berada Sevilla. Perempuan tersebut adalah Fathimah binti Ibn al-Mutsanna, seorang perempuan dari Cordova. Ibnu Arabi juga mengakui bahwa beliau melayani sang sufi perempuan selama bertahun-tahun.

Fathimah binti Ibn al-Mutsanna merupakan sufi perempuan yang ditemui oleh Ibnu Arabi ketika berada di Sevilla, yang mana keduanya sama-sama seorang pendatang di Sevilla. Sevilla sendiri pada waktu itu menjadi tujuan para pendatang yang mempunyai status kesalehan sosial dan ekonomi yang terpandang.

Sosok Fathimah binti Ibn al-Mutsanna merupakan sufi perempuan yang mempunyai daya tarik dan pesona tersendiri, yang selalu memancar luar biasa. Pesona dan kecantikan Fathimah binti Ibn al-Mutsanna juga pernah diungkapkan dalam kitab Futuhat al-Makiyyah. Ibnu Arabi mengatakan, “Sewaktu masih melayaninya, aku selalu malu untuk menatap parasnya.

Karena meski sudah berusia senja, namun Syaikhoh Fathimah binti Ibn al-Mutsanna mempunyai pipi yang merah merona dan meranum muda pesona kecantikan. Seolah-olah beliau masih seorang perawan yang berumur 14 tahun.” Hal tersebut tidak lain karena pesona kecantikan dan kelembutan yang memancar darinya.

Fathimah binti Ibn al-Mutsanna merupakan sosok perempuan yang zuhud, yang mana dalam kesehariannya beliau hanya memakan makanan yang sederhana. Termasuk makanan yang sudah tidak dinikmati oleh orang pada umumnya. Selain itu, Fathimah juga seorang yang ceria, penuh dengan ilmu pengetahuan dan keagamaan. Ia banyak mengajarkan bagaimana sikap yang baik sebagai seorang pecinta Ilahi kepada muridnya yaitu Ibnu Arabi.

Fathimah binti Ibn al-Mutsanna menganggap bahwa sebuah kegagalan untuk mengukuhi kesetiaan cinta hanya akan berakibat pada kemurungan yang dahsyat. Ia pernah mengalami hal tersebut, yaitu ketika ingin mendapatkan cinta Ilahi.

Sebagaimana dijelaskan Ibnu Arabi dalam Futuhat al-Makiyyah, bahwasanya demi keagungan kekasih yang selalu bersamaku, ia adalah kekasih yang sangat pencemburu. Saking pencemburu-Nya, aku tak bisa menggambarkan-Nya. Sesaat saja berpaling dari-Nya dan memberati sesuatu sehingga aku tak menyadari kehadiran-Nya, maka aku akan mendapat cobaan yang sebanding dengan kelengahanku.

Sosok sufi perempuan yang bernama Fathimah binti Ibn al-Mutsanna, bagi Ibnu Arabi bukan hanya seorang guru yang hanya dihormati, tetapi juga sosok guru yang disayangi. Bahkan beliau pernah dibuatkan rumah oleh Ibnu Arabi yang terbuat dari pohon tebu dan ditempatinya sampai beliau meninggal. Hal tersebut adalah salah satu bukti kasih sayang Ibnu Arabi kepada Fathimah binti Ibn al-Mutsanna.

Fathimah binti Ibn al-Mutsanna adalah salah satu sosok perempuan yang banyak berjasa dalam membentuk karekter Ibnu Arabi, karena beliau mendidik Ibnu Arabi dengan penuh kasih sayang. Mengajarinya tasawuf, ketuhanan dan cinta Tuhan. Beliau lah sosok perempuan yang menjadi ibu kedua Ibnu Arabi, karena telah memberikan nilai rohani yang agung, pengayom dalam pancaran cinta Ilahi dan memberi pengetahuan-pengetahuan ketuhanan.

Sebagaimana para sufi lainnya yang selalu menjunjung tinggi kemanusiaan, Fathimah berhubungan dengan manusia juga tidak dibatasi oleh kepentingan-kepentingan duniawi. Sehingga beliau menjadi contoh bagi para sufi yang hidup sejamannya, terkait dengan kesufian dan cinta Ilahi.

Bagi Fathimah binti Ibn al-Mutsanna, seorang sufi adalah mereka yang disibukkan hanya untuk mengingat kekasih-Nya dan menjaga kesetiaan kepada-Nya. Oleh karena itu, cacian dan perlakuan buruk yang diterima dari makhluk-Nya tidak jauh berbeda dengan pujian atau perlakuan baik yang didapatkan. Karena hati dan kesadarannya telah terpaku dengan hadirnya kekasih. Sehingga beliau tidak henti-hentinya menebarkan kasih sayang universal kepada semua makhluk.

Fathimah binti Ibn al-Mutsanna adalah salah satu sosok perempuan dalam sejarah peradaban Islam yang mempunyai peran penting dalam menjadi teladan. Sosok sufi perempuan yang kemudian mempunyai pengaruh besar terhadap Ibnu Arabi dalam mengajarkan kasih sayang, cinta Ilahi, dan lain sebagainya.

Hal tersebut adalah salah satu bukti bahwa perempuan yang mempunyai banyak pengetahuan akan melahirkan tokoh-tokoh besar. Salah satunya lewat pendidikan dan kasih sayang yang tulus dalam mengajarkan kebaikan dan ilmu pengetahuan.

Leave a Response