Demak adalah kota yang banyak menyimpan bukti-bukti sejarah Islam. Hal ini karena Demak merupakan kerajaan Islam yang pertama di Jawa. Di antara bukti-bukti sejarah yang ada di Demak adalah inskripsi.

Tulisan di bawah ini merangkum beberapa inskripsi yang ada di Demak. Inskripsi itu terdapat di Masjid Agung Demak, makam raja-raja di Demak, makam Sunan Kalijaga, dan Masjid Sunan Kalijaga.

Apabila kita memasuki mesjid tersebut maka mata kita akan terpaku pada semacam gebyok ala Yogyakarta yang di atasnya terukir sebuah inskripsi berupa Khulwat atau Matsurah di atas pintu dengan bahan dasar kayu jati tua berukir dengan warna dasar merah yang berukuran panjang 210 cm, lebar 150 cm, dan tebal 3 cm, yang ditulis dengan warna kuning keemasan yang dibuat pada 1287 H/1866 M seperti yang terlihat pada gambar 1 dan 2 di bawah ini.

Bila kita melayangkan pandangan ke dinding mesjid, maka ada sebuah gambar berbentuk segi tiga yang ujungnya lancip dan tak bisa diukur karena tinggi yang diapit pada kanan dan kirinya dengan berwarna hijau. Teks inskripsi tersebut bersifat keagamaan yang intinya adalah cap kenabian.

Pada inskripsi ini tidak tercantum tahun pembuatannya, hanya diketahui pembuatannya pada masa Sultan Raden Fatah dan Walisongo saja.

Di lingkungan Mesjid Demak, terdapat batu nisan makam Syekh Maulana Maghribi dan pada batu nisan tersebut terdapat sebuah teks inskripsi keagamaan yang bahan dasarnya terbuat dari batu marmer putih. Bentuknya khusus khas makam-makam di daerah Jawa Tengah, yang pada bagian atas puncak nisannya bergelombang.

Pada nisan tersebut terdapat kalimat: La ilahaillallah, Muhammad Rasulullah, dengan lingkaran berbentuk telur. Jenis tulisannya termasuk Khat Naskhi yang disusun dalam dua baris tanpa harokat. Tulisannya masih tampak jelas, tapi ukurannya hanya dapat diperkirakan, yaitu sekitar 75 cm panjang dan 50 cm lebarnya.

Nisan tersebut tidak dapat diukur secara pasti karena makam tersebut di pagar. Di sekitar mesjid terdapat makam dari beberapa nama yang dapat dikenal antara lain makam: R. Fattah/Sultan Demak I, R. Patiunus/ Sultan Demak II, Permaisuri R. Fattah, Pangeran Sedo Lopen/Pangeran Surowiyoto (Putra kedua R. Fattah).

Sunan Ngudung sekalian (orang tua Sunan Kudus), Ky. Ageng Campa, Prabu Darmo Kusumo, Adipati Terung (adik R. Fattah), Pangeran Arya Panangsang, P.Jaran Panoleh, P.Jipang Panolan, P.Aryo Jenar, P.Benowo, K.A Natas Angin, Syekh Maulana Su’ud, P.Singo Yudho, R.Khulkum, R.H.Tumenggug Wironegoro, Nyi Ageng Serang, namun tidak terdapat inskripsi pada nisan-nisan tersebut selain makam Syekh Maulana Maghribi.

Di museum tersebut juga terdapat beberapa inskripsi. Antara lain: Teks inskripsi yang bentuknya persegi panjang dengan bahan dasarnya dari kayu jati. Ukuran panjangnya adalah 280 cm, lebar 50 cm, dan tebalnya 2 cm. Panjang tulisan ayat dalam sekitar 140 cm, dengan lebar 35 cm.

Teks inskripsi terdiri atas empat baris; baris pertama adalah teks berbahasa Madura dengan aksara Pegon; dan baris kedua, ketiga dan keempat ditulis dengan bahasa Arab. Teks ini menggambarkan tanggal pembangunan Mesjid Agung Demak. Papan berukir tersebut adalah prasasti untuk mengingatkan tentang pembangunan Mesjid Agung Demak yang sekarang disimpan di museum.

Mesjid Kadilangu

Di atas pintu masuk ke dalam mesjid terdapat sebuah teks inskripsi berbentuk piring lebar dengan bingkai bergelombang di atasnya. Bahan dasarnya kayu jati, warnanya merah dengan tulisan Arab. Gambar ini melambangkan lafal Muhammad dalam wujud dua tulisan ini yang bersinggungan/bertolak belakang arah kiri dan kanan.

Tulisan yang paling atas agak buram, disamping kiri dan kanannya ada tercantum nama-nama Khulafaur Rasyidin, yaitu sahabat nabi yang empat. Di samping kotak sebelah kanan dalam terukir nama Abu Bakar dan Usman, dan sebelah kiri dalam terdapat nama Umar dan Ali.

Selanjutnya nama-nama sahabat nabi yang lainnya adalah terdiri dari Abu Ubaidah, Sa’ad bin waqas, Said bin zaid, sebelah kiri setelah Umar dan Ali ada nama sahabat bernama Zubair, Thalhah, dan Abdurrahman. Itu adalah nama-nama 10 sahabat yang dijamin masuk syurga.

Prasasti ini menandakan bahwa awal berdirinya Mesjid Kadilangu yang didirikan oleh Sunan Kalijaga. Sedangkan tulisan yang ada di bawahnya agak buram, sehingga sulit untuk dibuat transliterasinya.

Bila kita memasuki makam Sunan Kalijaga, di sana ada dinding makam, berbentuk segi empat dengan bahan medianya dari kayu jati dengan warna agak hitam dan tidak bisa diukur karena agak tinggi. Disekitar hadist dan ayat Al-Qur’an tersebut dikelililingi ukiran gambar bunga-bunga dan semacam daun pakis.

Di sisi lain kanan dan kiri dinding juga ada prasasti serupa yang berbentuk kotak dengan ukiran bunga dan daun berujung seperti tombak yang membentuk lingkaran dan di tengahnya terdapat inskripsi yang merupakan hadis dari Abu Ya‘la yang dikutip dari Sahih Bukhari, yang artinya: Barangsiapa yang menyakiti wali-Ku, maka Aku mengizin- kannya untuk perang. (MS)

*Tulisan ini adalah rangkuman dari diseminasi penelitian M. Kasim Abdurrahman yang diterbitkan Puslitbang Bimas Agama dan Layanan Keagamaan Kementerian Agama tahun 2017.

sumber gambar: demaknews.id

Leave a Response