“Wamaa arsalnaaka illa rahmatan lil ‘alamin… (Dan tiadalah Kami (Allah) mengutus engkau (Muhammad), kecuali untuk menjadi rahmat bagi semesta alam). Q.S Al-Anbiya: 107.”
Islam sebagaimana yang tertera dalam Alquran adalah rahmat bagi semesta alam, bukan hanya untuk orang Islam saja, melainkan juga untuk semua insan. Islam juga sebagaimana diajarkan oleh Nabi Muhammad saw. saat mengenalkan dan menyebarkannya dilakukan dengan cara santun, yaitu melalui nasihat-nasihat yang lembut, penuh kasih sayang, dan sifat yang terpuji. Karena Islam adalah agama yang rahmah lil ‘alamin.
Menyebarkan agama Islam bukanlah dengan paksaan, kekerasan, intimidasi, apalagi dengan cara teror. Karena faktanya dalam sejarah, agama Islam yang disebarkan oleh Nabi Muhammad saw. tidak disebarkan dengan cara kekerasan, perang dan penaklukan, tetapi dengan tingkah laku yang terpuji dan akhlak yang mulia.
Maka tidak heran, Islam mampu berkembang hampir di seluruh dunia, karena Islam disebarkan melalui budi pekerti yang tinggi. Para keturunan Nabi Muhammad dan para ulama, memegang teguh akhlak yang baik di tengah-tengah masyarakat. Tidak ada sepatah kata pun yang dikeluarkan dari mulutnya untuk mencaci-maki orang lain apalagi agama lain.
Mereka memahami bahwa Nabi Muhammad Saw. dijadikan sebagai rahmat bagi semesta alam, yang artinya Islam harus mampu menjadi solusi atas permasalahan dunia, dan Islam harus mampu menjadi agama yang memberikan keteduhan dan kedamaian di muka bumi.
Islam mengajarkan kita sifat rahman dan rahim, bukan mengajarkan sifat pemarah maupun memusuhi sesama akhlul muslim. Karena Islam mengajarkan untuk selalu mengedepankan sifat ta’dim kepada yang lebih tua, toleransi antarumat beragama, tawazun dalam berpikir, dan saling tolong menolong. Dengan begitu berislam akan terasa sejuk, teduh, dan damai.
Islam juga tidak menganjurkan untuk memukul melainkan merangkul. Islam agama yang “damai” demikianlah sapaan dari Tuhanmu Yang Maha Penyayang (kepada mereka yang cinta damai) Q.S. Yasin: 58.
Berislam tidak hanya mengikuti pakaian yang dikenakan oleh Rasululullah Saw melainkan mengikuti segala peilaku dan ucapan Nabi Muhammad Saw. Nabi Muhammad juga berkata: “Kalian lebih paham dalam menjalankan akidah dan syariat dalam menjalankan perintah agama, karena agama Islam itu lentur, sesuai dengan perkembangan zaman.”
Islam juga fleksibel tidak saklek dalam berpakaian, serta berkendaraan dalam zaman nabi, melainkan berislam sekarang justru menyesuaikan dalam konteksnya. Kalau zaman nabi ketika berkendaraan menggunakan binatang unta, sebagai alat trasportasi. Sekarang justru kita bisa menggunakan kendaraan yang lebih cepat dan lebih canggih. Oleh karena itu, Islam itu santai dan fleksibel sesuai dengan perkembangan zaman.
Selain itu, Islam yang kita anut, kita pelajari, dan kita amalkan merupakan sebenar-benar agama yang secara makna istilah hingga pengertian dan ajarannya mengerucut pada sebuah karakter dasar, yaitu keselamatan dan kedamaian.
Ia bukan hanya menghasrati diri sendiri untuk meraih keselamatan dan kedamaian dalam kehidupan ini, tetapi sekaligus keselamatan dan kedamaian bagi orang lain. Sehingga seorang muslim ialah seorang yang bergerak menyelamatkan diri sendiri dari keburukan dan kemungkaran dari apa yang dia kerjakan untuk melakukan amal ibadah.
Dalam Alquran dan khazanah hadis yang menyatakan bahwa berbuat baik kepada orang lain merupakan bagian dari pancaran ajaran Islam. Faman kaana yarju liqoo’a robbihii falya’mal’amalan sholihan. Artinya: Barangsiapa yang berharap bertemu dengan Tuhannya, maka kerjakanlah amal-amal yang saleh. (Q.S. Al-Kahfi: 110).
Oleh karena itu, Islam mengajarkan kepada kita untuk melakukan amal ibadah tidak hanya berbentuk ibadah secara maknawiyah, melainkan juga bentuk ibadah sosial dengan cara sedekah,infak, dan membantu sesama orang lain. Dengan begitu berislam akan menjadikan hati kita semakin damai, sejuk, teduh dan tentram.