Judul kitab                  : Ngudi Susilo

Penulis                         : KH. Bisri Musthofa

Jumlah halaman       : 16 Halaman

Penerbit                       : Menara Kudus

 

Mengajarkan adab dan etika sejak usia anak-anak merupakan suatu hal yang perlu dilakukan. Pasalnya sejak saat itu, anak-anak mulai belajar berinteraksi dengan banyak orang. Baik orang tua, teman, guru dan orang-orang baru di sekitar mereka. Maka alangkah baiknya jika kita mulai menumbuhkan nilai-nilai tata krama kepada anak-anak agar kelak dapat menjadikan mereka menjadi pribadi yang luhur serta berakhlak mulia.

Hal ini yang tampak diharapkan oleh penulis kitab Ngudi Susilo ini. Kitab yang ditulis oleh ulama asli tanah air ini berisi tentang beberapa adab yang dilakukan sejak masa kanak-kanak. Beliau adalah KH. Bisri Musthofa, ulama asal Rembang yang dikenal alim dalam berbagai bidang seperti tafsir, fikih, akhlak dan sebagainya. Beberapa karya beliau mampu memberikan sumbangsih keilmuan untuk dunia pesantren.

Salah satu karya beliau yang masih digunakan di beberapa madrasah diniyah yakni kitab Ngudi Susilo. Kitab yang membahas tentang adab dan etika seorang anak ini berisi tentang pembahasan mengenai keseharian anak dan bagaimana adab serta etika yang baik. Harapannya agar mereka mampu mengamalkan yang baik dan menghindari adab yang tidak baik agar tidak dilakukan.

Pada pembukaan kitab ini, penulis menuliskan shalawat nabi sebagai pembuka dan kemudian dilanjutkan dengan beberapa bait pembukaan yang berisikan tuntunan untuk anak-anak agar tidak ‘getun’ alias menyesal. Dalam pembukaan kitab ini tertulis bahwa sejak usia tujuh tahun yang masih temasuk pada kategori anak-anak. Sudah saatnya dididik untuk mempelajari tata krama agar kelak tidak menyesal di kemudian hari.

iki syi’ir kanggo bocah lanang wadon – nebehake tingkah laku ingkang awon”

“ bocah iku wiwit umur pitung tahun – kudu ajar tata keben ora getun”

Meski tampaknya terlihat tipis namun di dalamnya mencakup hal penting untuk bekal di masa depan. Kitab ini terdiri dari delapan bab dengan bentuk syi’ir bahasa Jawa yang bertuliskan pegon. Hal ini membuat mudah bagi anak-anak untuk mempelajarinya. Pada setiap bab yang disajikan memang sangat sesuai dengan kehidupan sehari-hari, maka sangat tepat jika dipelajari oleh anak-anak usia sekolah dasar.

Pada bagian pembukaan, penulis juga menyampaikan bagaimana etika yang baik terhadap kedua orang tua. Seorang anak harus mencintai kedua orang tuanya. Baik ibu yang selalu merawatnya dan bapak yang selalu perhatian serta mencukupi kebutuhannya. Oleh sebab itu, seyogyanya seorang anak juga peduli serta perhatian terhadap kedua orang tuanya.

Tidak hanya rasa cinta saja yang perlu ditumbuhkan pada anak terhadap orang tuanya, melainkan tata krama dan etika keseharian juga sangat penting. Sebagaimana yang dituliskan dalam kitab ini. Seperti tata krama ketika berbicara terhadap orang tua, bagaimana adab saat orang tua duduk di bawah, saat orang tua tidur, saat diperintah oleh orang tua dan saat orang tua marah sekalipun. Hal ini bertujuan agar anak-anak dapat mengambil sikap atau mengetahui bagaimana sikap yang baik agar tidak menyakiti orang yang sangat berjasa dalam kehidupan kita.

Pada bab pertama, penulis menyebutkan pentingnya membagi waktu. Hal ini menandakan bahwa waktu adalah suatu hal yang amat berharga, tidak pernah bisa dihentikan atau diulangi sehingga penulis menempatkan pembahasan ini pada bagian bab pertama. Karena itu, menjadi sangat urgent untuk belajar membagi dan menghargai waktu yang dimiliki. Terlebih bagi anak-anak diharapkan agar mampu belajar membagi waktu dan memanfaatkannya dengan baik sejak usia dini.

Selain tata krama terhadap orang tua, guru, teman dan tamu, di dalam kitab Ngudi Susilo ini juga tertuliskan pentingnya memiliki cita-cita luhur. Karena menurut penulis, pendidikan agama dan pendidikan umum perlu ditempuh seimbang agar kelak cukup untuk bekal dalam berbakti kepada sang Ilahi. Selain itu kecukupan ilmu yang seimbang menjadikan seseorang mampu untuk memimpin keluarga dan bangsanya.

Pada bagian ini bisa kita lihat bahwa penulis adalah ulama yang nasionalis. Ulama yang mencintai negara dengan mengajarkan kepada anak-anak untuk mempersiapkan generasi terbaik di masa yang akan datang. Tentunya tanpa campur tangan para pendahulu kita dengan bekal ilmu yang diajarkan, tentu bangsa Indonesia tidak akan seperti sekarang ini.

Anak islam kudu duwe cita-cita luhur – keben dunyo akhirate biso makmur

Cukup ilmu umume lan agomone – cukup dunyo kanthi bekti Pengerane

Biso mimpin sakdulure lan bangsane – tumuju ring raharja lan kemulyane

Iku kabeh ora gampang laksanane – lamun ora kawit cilik citane

Meski tidak serta mudah mewujudkan cita-cita, maka sejak kecil ditumbuhkan serta disiapkan untuk meraih apa yang diharapkan kelak ketika sudah dewasa. Pada bagian selanjutnya penulis juga menyebutkan bahwa negara membutuhkan orang-orang adil dan alim untuk menjadikan negara yang baik. Baik menteri, mufti, hakim dan bupati yang tepat untuk memimpin bangsanya. Oleh sebab itu, menjadi sebuah kewajiban bagi anak-anak untuk mempelajari banyak hal sejak usia dini serta memiliki cita-cita yang luhur.

Selain orang-orang berpengaruh di pemerintahan, negara juga membutuhkan pendidik serta ulama yang membantu untuk membangun negara. Sebagaimana yang kita ketahui bersama bahwa masa depan negara kita tergantung pada anak-anak hari ini. Lantas jika bukan generasi yang akan datang siapa lagi yang akan menggantikan? Semoga kita semua mampu turut serta menyiapkan generasi masa depan yang berakhlak mulia. Wallahu a’lam.

Leave a Response