Literasi Media, Cara Penyuluh Agama Adaptasi Dakwah di Era Normal Baru
Tidak dapat dipungkiri bahwasanya kondisi di Indonesia yang saat ini tengah menghadapi era disrupsi akibat Covid-19 mengakibatkan kebutuhan akan teknologi informasi semakin meningkat secara berkala. Demi memenuhi kebutuhan baik secara jasmani maupun rohani, masyarakat dipaksa untuk mampu menggunakan teknologi sebagai bagian dari mengikuti perkembangan zaman.
Bagi mereka yang tidak memiliki kemampuan dalam memanfaatkan teknologi, maka akan berdampak terhadap sebagian kebutuhan hidup yang tidak terpenuhi. Tentu hal ini menjadi problematika tersendiri dalam menghadapi perubahan zaman yang kian berkembang.
Tingginya konsumsi media secara tidak langsung juga memberikan dampak negatif bagi penggunanya. Dampak ini dikhawatirkan dapat mengganggu atau bahkan merusak nilai-nilai atau perilaku masyarakat. Maka untuk mengatasi hal tersebut, literasi media hadir sebagai acuan untuk berpikir dan bersikap kritis dalam mengonsumsi informasi yang bertebaran di media teknologi sebagai upaya menghadapi tantangan di dunia teknologi yang semakin canggih.
Tantangan ini juga berlaku dalam aktivitas dakwah Islam yang harus dilakukan demi pemenuhan kebutuhan rohani masyarakat. Dalam ruang lingkup penyuluh agama, tanggung jawab serta pelayanan yang diberikan mau tidak mau harus ikut andil ke dalam penggunaan teknologi. Ditemukannya data terkait usia penyuluh di daerah Jabodetabek yang didominasi oleh penyuluh berusia 40 tahun ke atas dikhawatirkan tidak mampu memanfaatkan media teknologi dengan baik.
Dengan demikian, pelatihan tentang literasi media bagi penyuluh melalui media informasi teknologi menjadi penting dilakukan. Pelatihan online dalam mengenalkan dan meningkatkan kualitas berdakwah para penyuluh melalui media online juga sangat dibutuhkan. Evaluasi secara komprehensif dalam meninjau perkembangannya pun harus dilakukan hingga akhir sehingga tidak ada lagi keluhan pada hal penggunaan media teknologi. Literasi media berperan penting dalam menunjang pelaksanaan tugas mereka sebagai penyuluh.
Peneliti melakukan sebuah survei untuk memahami kebutuhan dan kesulitan para penyuluh khususnya penyuluh non PNS di daerah Jabodetabek. Kemudian penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif dengan menggunakan IBM SPSS sebagai metode pengolahan data survei. Pengumpulan data dilakukan secara random melalui penyebaran angket secara online kepada para penyuluh Agama Islam non PNS di daerah Jabodetabek sebanyak 250 responden. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui minat Penyuluh Agama Islam non PNS terhadap penggunaan media teknologi dalam menunjang kelancaran aktifitas masing-masing.
Temuan Penelitian
Berdasarkan hasil survei, para penyuluh Agama Islam non PNS di daerah Jabodetabek sebagian besar masih merasa belum handal dalam penggunaan media teknologi. Sementara intensitas penggunaan media teknologi online sekarang ini mengharuskan kehandalan dalam menggunakan media teknologi secara online. Untuk menanamkan kemampuan di bidang penguasaan teknologi bagi para penyuluh, maka dilakukan pelatihan/diklat TIK dari survei yang dilakukan, diketahui sebanyak 138 responden belum pernah mengikuti pelatihan TIK dan 112 orang yang telah mengikuti pelatihan tersebut.
Adapun bagi mereka yang ikut berpartisipasi dalam kegiatan tersebut, hanya 25 orang yang merasa cukup handal dalam penggunaan media teknologi, sementara yang lainnya ada yang merasa cukup handal, biasa saja, dan bahkan 8% responden masih merasa kesulitan terhadap penggunaan teknologi informasi.
Demikian juga ketika peneliti membuat survei dalam rangka mengetahui jumlah responden yang memiliki minat untuk pelatihan/diklat TIK. Hasilnya menunjukkan bahwa terdapat 63,4% (71 orang) responden yang sudah pernah mengikuti pelatihan/Diklat TIK yang berminat untuk ikut pelatihan/Diklat TIK lagi. Hal ini menunjukkan bahwa keikutsertaan penyuluh dalam pelatihan/Diklat TIK tidak serta merta mampu membuat para penyuluh menjadi handal.
Dalam pembelajaran media teknologi yang dilakukan pelatihan TIK. Persentase menunjukkan bahwa responden lebih banyak memilih biasa saja atau tidak ada pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan penguasaan teknologi baik dalam kategori penguasaan media teknologi secara otodidak, bantuan kerabat, maupun melalui pelatihan.
Maka, dalam hal ini perlu diberikan secara insentif dengan evaluasi yang tinggi sehingga optimalisasi hasilnya akan lebih maksimal lagi. Di era normal baru, literasi media melalui pelatihan TIK perlu ditekankan lebih lanjut demi keberlangsungan penyuluh agama dalam melaksanakan tugasnya secara baik. (ANS)
*) Tulisan ini adalah rangkuman dari diseminasi penelitian Naif Adnan (Penyuluh Agama Islam Fungsional Kec. Pesanggrahan) dan Sahrani (Balqis Foundation) diterbitkan Puslitbang Bimas Agama dan Layanan Keagamaan Kementerian Agama tahun 2020.
Gambar ilustrasi: popologynetworks.com