Jangan sekali-kali melupakan sejarah, itulah  semboyan pertama yang diucapkan oleh Bung Karno dalam pidato terakhirnya pada hari ulang tahun Republik Indonesia, 17 Agustus tahun 1966.  Slogan yang diucapkan oleh Bung Karno tersebut adalah sebuah pesan penting, agar kita sebagai warga negara Indonesia selalu ingat jasa para pahlawan dan belajar dari kesalahan masa lalu.

Karena dengan mengetahui sejarah bangsanya, seseorang akan tahu dan dapat menghargai kehebatan dan jerih payah pendahulunya dalam membangun negeri ini dengan keringat darah. Jika seorang manusia benar-benar menghayati arti sejarah, dia akan mampu membuat dan menciptakan semangat kebangsaan dan nasionalisme yang kuat untuk menghilangkan benih-benih perpecahan. Karena bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai dan tidak lupa dengan sejarahnya.

Salah satu cara untuk tidak melupakan sejarah bangsa adalah dengan memperingati hari kemerdekaan dan mengenang jasa para pahlawan yang berjuang. Pada malam 17 Agustus, atau lebih tepatnya pada tanggal 16 Agustus malam. Banyak masyarakat di desa-desa atau daerah yang ada di Indonesia mengadakan sebuah acara untuk mengenang para leluhur, yang gugur dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, dengan berkumpul bersama dalam satu acara dan mendengarkan cerita-cerita dari para saksi sejarah yang masih hidup, tentang bagaimana para pahlawan dalam ikut mengusir penjajah, acara ini dikenal dengan Malam Tirakatan.

Di era globalisasi dengan kecanggihan dan kemajuan teknologi seperti saat ini, orang cenderung hidup individualistik dan apatis terhadap lingkungan sosialnya. Banyak orang lebih memilih untuk bermain gadget, chattingan dengan teman dunia mayanya dan lain sebagainya. Akan tetapi, anggapan-anggapan bahwa manusia saat ini cenderung hidup individualistik, apatis dan eksklusif dan lebih suka menyendiri dengan gadget tidak selamanya benar. Nyatanya di Malam Tirakatan 17 Agustus, masih banyak orang yang mau kumpul bersama mengenang jasa-jasa para pahlawan kemerdekaan dengan mendoakannya.

Jika dilihat secara mendalam, Malam Tirakatan 17 Agustus adalah bentuk implementasi dari nilai-nilai gotong royong dan kerukunan yang merupakan salah satu identitas masyarakat Indonesia. Hal tersebut dikarenakan, acara tersebut dipersiapkan oleh warga sendiri dan untuk warga juga. Selain sebagai bagian dari implementasi nilai-nilai gotong royong, acara Malam Tirakatan juga sebagai sebuah cara mempererat dan menjaga persatuan bangsa Indonesia.

Di tengah merebaknya gerakan dan ideologi transnasional yang suka menebar permusuhan, serta menjamurnya para pendakwah yang berpaham konservatif. Adanya Malam Tirakatan yang mengumpulkan masyarakat dari berbagai elemen, baik kecil, muda atapun tua dengan berbagai latar belakang yang berbeda adalah bentuk pendidikan sosial untuk saling mengenal lintas generasi, sekaligus juga untuk mengajarkan tentang kesopan santunan, dengan memberikan penghormatan kepada yang lebih tua untuk berbicara dan memberikan arah-arahan serta wejangan kepada yang lebih muda dalam mengisi kemerdekaan.

Hal ini sangat dibutuhkan sekali, apalagi di era seperti saat ini, di mana banyak orang yang baru belajar sedikit tetapi sudah merasa ilmunya yang paling banyak dan benar, kemudian menceramahi bahkan menggurui mereka yang tua-tua yang jauh lebih dulu memahami dan belajar baik itu tentang  kehidupan, Islam ataupun yang lainnya.

Selain itu, acara Malam Tirakatan juga menjadi ajang untuk menanamkan jiwa nasionalisme kepada masyarakat secara umum. Di tengah merebaknya kelompok-kelompok radikal yang ingin mendirikan negara Islam dan menyemai benih peperangan, penguatan paham nasionalisme atau cinta tanah air adalah sebuah kewajiban. Termasuk memulainya dari lingkungan masyarakat yang kecil melalui acara-acara seperti Malam Tirakatan 17 Agustus.

Adanya acara Malam Tirakatan  17 Agustus, dengan berbagai rangkaian acara di dalamnya adalah salah satu wujud syukur masyarakat juga sekaligus bentuk nyata dalam nguri-nguri atau menjaga kebudayaan atau budaya bangsa Indonesia. Yaitu budaya yang menjunjung tinggi nilai-nilai toleransi, budaya yang menjunjung tinggi nilai-nilai gotong royong dan tolong menolong, budaya yang menjunjung  tinggi nilai-nilai adab dan sopan santun.

Dengan kondisi masyarakat Indonesia yang heterogen dan multikultur, nilai-nilai tersebut adalah kunci perdamaian dan persatuan yang ada di Indonesia. Ketika nilai-nilai tersebut sudah mulai luntur apalagi ditinggalkan oleh masyarakat Indonesia, maka sudah seharusnya ditanamkan kembali pada diri setiap warga negara Indonesia.

Dengan rangkaian acara yang ditutup dengan ramah tamah dan mempersiapkan berbagai hal untuk upacara kemerdekaan dan lomba hari kemerdekaan pada esok harinya, acara Malam Tirakatan merupakan wujud nyata dalam memelihara persaudaraan. Di mana persaudaraan adalah kunci persatuan. Dirgahayu Republik Indonesia yang ke-74, bersama-sama kita kuat menjadi negara maju dan berperadaban, menjadi kiblat dunia dalam belajar perdamaian.

Leave a Response