Judul                         : Jejak-Jejak Emas Laksamana Cheng Ho

Penulis                      : Baha Zarkhoviche

Penerbit                    : Araska, Yogyakarta

Cetakan                     : Cetakan I, November 2017

Tebal                          : 224 halaman

ISBN                           : 978-602-300-445-4

Penyebaran agama Islam di Asia Tenggara, melibatkan banyak pihak dari berbagai negara. Satu di antaranya berasal dari negeri Tirai Bambu, yakni Laksamana Cheng Ho. Melalui buku berjudul Jejak-Jejak Emas Laksamana Cheng Ho  (2017)  yang ditulis Baha Zarkhoviche, pembaca disuguhi biografi singkat dari Cheng Ho hingga bukti peninggalan sejarah dalam penyebaran agama Islam.

Cheng Ho dilahirkan pada tahun 1371 dengan nama Ma He, dari ayah bernama Ma Hanzi dan ibunya Wen. Kakeknya yang bernama Sayyid Ajjal Shams al-Din Omar merupakan seorang keturunan dari Bangsa Persia, yang menjabat sebagai Gubernur Provinsi Yunnan pada masa pemerintahan Dinasti Yuan. Baik kakeknya maupun ayahnya sudah menunaikan rukun haji.

Pada tahun 1405 sampai 1433 Laksamana Cheng Ho, mendapatkan  tugas ekspedisi pelayaran ke luar wilayah Dinasti Ming yang berada di negara Tiongkok. Perintah  ini diberikan langsung oleh  pemimpin Dinasti Ming yaitu Kaisar Yong Le. Tujuannya untuk menjalin hubungan persahabatan dengan kerajaan-kerajaan di  luar Tiongkok.

Laksamana Cheng Ho tidak hanya menggunakan kesempatan ini, untuk menjalankan misi diplomasi untuk kepentingan pemerintahan Dinasti Ming. Beliau pun memanfaatkannya guna penyebaran agama Islam di wilayah yang dikunjunginya, di antaranya negara-negara yang ada di Asia Tenggara.

Menurut buku, jejak dakwah Laksamana Cheng Ho dalam menyebarkan agama Islam di Asia Tenggara dapat dilihat dari beberapa bangunan masjid kuno, yang memiliki perpaduan corak arsitektur Tiongkok. Di antaranya masjid kuno di Champa (kini kawasan tersebut bernama Vietnam), Masjid Kampung Kling di Malaysia, dan Masjid Agung Demak di Indonesia. Ciri khas dari arsitektur Tiongkok yang terlihat di masjid-masjid tersebut antara lain, memiliki struktur atap datar dan paralel (atap berlapis) dan lengkungan pada tepi atap bagian depan.

Laksamana Cheng Ho diketahui memiliki kemahiran dalam merenovasi bangunan, khususnya bangunan istana dan bangunan religius seperti masjid dan kuil. Bangunan-bangunan masjid tersebut, merupakan salah satu bentuk pengabdian Laksamana Cheng Ho dalam syiar Islam serta salah satu bentuk perhatiannya kepada muslim Tionghoa perantau.

Selain Laksamana Cheng Ho, beberapa orang kepercayaannya yang beragama Islam ikut serta dalam ekspedisi laut ini. Mereka di antaranya Ma Huan, Guo Chongli, dan Hasan. Ma Huan dan Guo Chongli memiliki kepiawaian dalam berbahasa Arab dan Persia. Mereka berdua ditempatkan sebagai penerjemah selama ekspedisi pelayaran.

Sedangkan Hasan merupakan seorang ulama yang memimpin Masjid Yang Shi di Kota Xian, Provinsi Shan Xi. Dalam perjalanan ini, Hasan bertugas dalam mempererat hubungan persahabatan antara Tiongkok dengan negara-negara di Asia dan Afrika. Sehingga dalam penyebaran agama Islam terutama di Pulau Jawa, Laksamana Cheng Ho tidak hanya melakukannya sendiri. Anak buah Laksamana Cheng Ho pun turut berperan dalam mensyiarkan agama Islam di Pulau Jawa.

Buku ini pun memaparkan sejarah masuknya agama Islam di Asia Tenggara, sebelum Laksamana Cheng Ho melakukan ekspedisi pelayaran dan memperkuat penyebaran agama Islam. Buku ini akan mematik pembaca untuk meneladani sikap Laksamana Cheng Ho, yang menjalankan tugas negara tanpa mengesampingkan perintah agama dalam memperluas  ajaran agama yang dianutnya.

Buku ini dilengkapi dengan dokumentasi beberapa foto terkait bukti peninggalan jejak Laksamana Cheng Ho. Sayangnya sumber foto ini hanya diambil dari berbagai website, yang membuat pembaca tidak mendapatkan foto otentik dari penulis, sehingga foto ini hanya sebagai pelengkap yang bisa pembaca cari di internet.

Leave a Response