Pengasuh Pesantren LP3IA Kragan Rembang KH Bahauddin Nursalim atau yang akrab dengan sebutan Gus Baha dalam suatu majelis  pengajian kitab bersama para santri menjelaskan cara tidur bagi orang yang berpuasa agar mendapatkan pahala.

Berikut penjelasan Gus Baha:

Saya ingatkan kepada Anda, bahwa sanad-sanad seperti ini yang mungkin kamu lupa.

Kamu mungkin hanya ingat sanad, “Ya Mu’adz! Innii uhibbuka. Faqul dubura kulli sholatin atau falaa tada’anna dubura kulli sholaatinallahumma a’innii ‘alaa dzikrika wa sukrika wa husni ‘ibadadik”.

Kamu lupa, bahwa saat paling krusial dalam hidupmu itu tidur. Sehingga disebut wamin aayaatihi manamukum billaili wan nahar.

Itu dari segi krusial gawat darurat. Karena setiap saat kamu bisa mati.

Belum lagi urgensinya tidur untuk melawan maksiat. Hal itu kalau kamu hidup di kota Demak atau Semarang, supaya tidak memikirkan ke klub-klub (malam) atau orang-orang cantik di jalan-jalan adalah satu-satunya cara hanya “tidur”.

Kamu, kalau masih melek (tidak tidur), aku jamin matanya masih jelalatan!

Barakahnya ushul fikih adalah kita belajar. Dulu saya pernah musyawarah sama Gus Ghofur tentang ushul fikih. Ada makalah ushul fikih: “mubah itu ndak ada”.

Ada sebagian ulama berpendapat, mubah itu ndak ada. Karena setiap mubah saat itu kamu pasti meninggalkan keharaman.

إذ ما من مباح إلا و يتحقق به ترك حرام ما

Tidak ada kemubahan kecuali saat itu kamu meninggalkan keharaman.

Anda tidur, berarti anda tarakal ma’siyat (meninggalkan maksiat)!

Ndak nyolong, ndak dugem, ndak zina, ndak ngerasani orang (tidak mencuri, tidak dugem, tidak zina, tidak menggibahi orang).

Jadi, tidur anggap saja,  “Ya Allah saya mau tidur”. Sebab, tidur itu ibaratun ‘an tarkil ma’aashi.

Dadi, Malaikat Raqib Atid kandani, “Iki ora sekedar turu! Yo kowe kudu ngerti! Iki ape ninggal maksiat! (Jadi, Malaikat Raqib Atid kasih tahu, “Ini bukan hanya sekedar tidur. Kamu ya harus mengerti! Ini mau meninggalkan maksiat!)

Itung mulai saiki! (Hitung mulai sekarang!)

“Bismikallahumma ahya wa bismika amuut.”

“Ayo! Rakib Atid hitung! Anggap ini sebagai kiat meninggalkan maksiat.”

Terus habis itu, tidur enam jam. Berarti tidak maksiat enam jam. Meskipun akhirnya maksiat karena bangun jam tujuh. Artinya, kamu maksiat karena tidak Subuhan.

Tapi, betapa krusialnya ulama!

Ulamalah yang mengajarkan kita bahwa tidur itu rahatan lil’abdan. Untuk istirahat. Kita pulih lagi, bisa kerja lagi.

Pak bupati bisa ngantor lagi. Pak Kapolsek, Kapolres bisa ngantor lagi. Semua aktivitas tentara bisa ngantor lagi.

Memulihkan kekuatan itu ibadah. Meninggalkan maksiat karena tidur juga ibadah.

Wong tidur saja ibadah. Ini barakahnya umat Rasulullah Saw.!

Senyaman itu..!!

Coba kalau kamu jadi umatnya Nabi lain, itu beratnya bukan main..!!

Dan itu sesuatu yang dimintakan Rasulullah kepada Allah, yaitu “Rabbana walaa tuhammilnaa maa laa thooqata lanaa bih”, termasuk “Laa tahmil alainaa isran kamaa hamaltahuu ‘alal ladziina min qablinaa”.

“Jangan bebankan ke umat kami sesuatu yang seperti Engkau bebankan kepada umat dulu.“

Umat dulu itu kalau mau taubat, kayak umatnya Nabi Musa pernah menyembah anak sapi. Itu yang pernah nyembah, taubatnya dengan cara dibunuh.

Liyaqtulal barii’u minkum almujrima.”

Yang terbebas dari menyembah anak sapi, disuruh bunuh yang pernah menyembah anak sapi.

“Fatuubuu ilaa baari’ikum faqtuluu anfusakum.

Mboh (tidak tau) beratnya kayak apa..!!

Kalau orang sekarang taubat. Cukup sowan Pak Rosyid. Salami templek (salam tempel) seratus ribu. Dipandu caranya taubat dikasih tahu istigfar

Iku penting..!!

Nomer dua, seneng kiai. Seneng aku maksude. Pokoknya yang jelas nggak usah dibunuh!

Sehingga, tidurnya umat Rasulullah itu luar biasa! Terutama tidurnya orang puasa.

Tidurnya tasbih. Tidurnya ulama juga tasbih. Karena dengan tidur kita tahu alamat (tanda) kematian. Karena kita masih di dunia saja kita punya kondisi di mana kita tidak bisa mengendalikan diri sendiri.

Makanya disebut “Wamin aayaatihi manaamukum billaili wan nahaar.”

Yang bisa menganalisis itu siapa? Ya ulama..!!

Ulama kok tahu? Karena punya sanad musalsal ila Rasulullah (berturut-turut hingga Rasulullah).

Sehingga uniknya, kenapa tidur itu sakral? Coba! Semua Nabi, di antara wahyunya lewat apa? Tidur. Lewat mimpi!

Maka, mimpi ini harus dikelola secara baik, itu kalau mau tidur, wudhu dulu, baca tasbih, tinggalkan semua dunia, anggap saja pemanasan kematian.

Itu insyaAllah mimpinya siiip pokoke.. Paling kalau dikejar Dajjal, Dajjalnya kecemplung kali (sungai). Hehe..

Tapi kalau kamu tidur tidak wudhu, makan dulu, insyaAllah dikejar Dajjal, dan ketangkap, akhirnya ngelindur (ngelantur) ke mana-mana. Hehe.. (Riski Maulana Fadli)

Simak sumber video selengkapnya pada link berikut: klik >> “Gus Baha – Tidur Berpahala

Leave a Response