Moderasi beragama merupakan gagasan yang sedang hangat diperbincangkan di bangsa Indonesia karena beragamnya agama yang ada di Indonesia dan sangat rentang terjadinya konflik dan perpecahan antar umat beragama. Konsep moderasi beragama hadir sebagai upaya dalam menciptakan masyarakat yang toleran dan damai dengan memiliki cara pandang dan perilaku keagamaan yang berada di tengah-tengah atau dalam hal ini tidak ekstrem dan liberal dalam beragama.
Selain itu, moderasi beragama ini hadir karena masih banyaknya kasus intoleransi, radikalisme dan ekstremisme yang terjadi di Indonesia.
Perempuan muslim yang memakai niqab atau cadar adalah orang-orang yang sering dianggap sebagai pelaku kasus intoleransi, radikalisme dan ekstremisme yang terjadi. Padahal orang-orang yang memakai cadar belum tentu intoleran, radikal ataupun ekstrem, namun sebaliknya boleh jadi mereka lebih moderat dalam pemahaman dan pengamalan beragama.
Penelitian yang dilakukan Puslitbang Bimas Agama dan Layanan Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama ini bertujuan untuk menjelaskan dan memberi gambaran tentang pandangan dan gagasan perempuan yang memakai cadar tentang moderasi beragama dan bentuk pengimplementasian nilai moderasi beragama dalam kehidupan sehari-hari mereka. Adapun perempuan bercadar dalam penelitian ini adalah perempuan bercadar yang berstatus mahasiswa yang ada di kota Makassar.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif. Informan dalam penelitian ini adalah mahasiswi bercadar kota Makassar yang tersebar pada 5 kampus yaitu Universitas Hasanuddin, Universitas Negeri Makassar, UIN Alauddin Makassar, Universitas Muhammadiyah Makassar dan Universitas Muslim Indonesia.
Informan dalam penelitian ini sebanyak 25 mahasiswi yang setiap kampus terdapat 5 informan yang ditentukan dengan menggunakan Snowball Sampling. Teknik pengumpulan data melalui wawancara, Focus Group Discussion (FGD) dan dokumentasi. Teknik pengolahan data melalui reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.
Temuan Penelitian
Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsep moderasi beragama merupakan konsep yang masih tidak populer bagi mahasiswi bercadar kota Makassar. Hal ini ditunjukkan dengan pernyataan informan yang mayoritas belum pernah mendengar kata moderasi beragama. Selain itu, beberapa informan cenderung salah dalam memahami konsep moderasi beragama.
Mereka menganggap konsep moderasi beragama merupakan konsep yang sama dengan modernisasi agama atau konsep yang ingin memodernkan agama. Ada juga yang menganggap bahwa konsep moderasi beragama adalah konsep pelarangan cadar.
Pemahaman yang keliru dari informan terhadap konsep beragama hadir dikarenakan istilah moderasi masih baru bagi mereka dan mereka belum memiliki pemahaman yang komprehensif tentang moderasi beragama tersebut. Namun, setelah mereka mengetahui konsep moderasi beragama berdasarkan buku moderasi beragama Kemenag RI, mereka cenderung menerima dan setuju terhadap konsep moderasi beragama.
Mereka juga menganggap konsep moderasi beragama adalah konsep yang bagus dan positif karena sesuai dengan ajaran agama dan demi kemaslahatan umat beragama yang ada di Indonesia. Oleh karena itu, mereka cenderung tidak memiliki gagasan terhadap moderasi beragama karena menganggap konsep moderasi beragama yang disusun Kemenag sudah sangat baik.
Temuan-temuan lainnya yang terkait dengan bentuk implementasi dari moderasi beragama dalam kehidupan sehari-hari mereka, berdasarkan indikator moderasi beragama Kementerian Agama yakni indikator komitmen kebangsaan, toleransi, anti kekerasan dan akomodatif terhadap kebudayaan lokal terbagi yaitu mereka cenderung menerima sebagai ideologi negara karena menurut mereka Pancasila sesuai dengan ajaran mereka, namun pengimplementasian yang masih belum maksimal.
Sama halnya dengan Pancasila, sistem demokrasi juga masih diterima oleh informan, meskipun menurut mereka menganggap sistem Khilafah jauh lebih baik dibandingkan dengan sistem demokrasi. Indonesia masih dianggap belum menerapkan ajaran agama Islam sepenuhnya dan menjadikan Arab sebagai model negara Islam. Namun, masih lebih memilih menjadi warga negara Indonesia dibandingkan dengan negara-negara lainnya.
Dalam persoalan pemimpin, mereka cenderung masih tidak setuju dan tidak menerima jika non muslim dan perempuan yang menjadi seorang pemimpin. Dalam hal toleransi, sikap toleransi yang mereka tunjukkan adalah sikap toleransi pasif.
Mereka menerima perbedaan yang ada dan bahkan mayoritas dari mereka memiliki hubungan yang akrab dengan teman dan tetangga yang berbeda agama dengan mereka, akan tetapi mereka masih memiliki batasan-batasan seperti mengucapkan selamat atas perayaan hari besar non muslim dan masuk ke tempat ibadah non muslim.
Kesimpulan yang bisa ditarik dari temuan-temuan penelitian di atas adalah konsep moderasi beragama merupakan isu yang tidak populer di kalangan mahasiswi bercadar kota Makassar dan masih banyak yang salah dan keliru dalam memahami moderasi beragama.
Akan tetapi, meski moderasi beragama adalah isu yang tidak populer bagi mereka, mahasiswi bercadar kota Makassar sudah menerapkan moderasi beragama. Dan sikap moderasi beragama mereka masih tergolong moderat atau aman, meskipun pada dasarnya sikap moderat mereka masih memiliki batasan, ketidaksetujuan dan keras dalam beberapa hal yang menyangkut persoalan ibadah dan keyakinan.
Dari hasil penelitian tersebut memberikan penjelasan bahwa perlunya mengoptimalkan kampanye atau sosialisasi moderasi beragama bagi semua kalangan termasuk kelompok-kelompok yang sering termarjinalkan, seperti orang-orang yang memakai cadar. Hasil penelitian ini juga dapat menjadi bahan referensi bagi pemerintah, kampus dan komponen lainnya dalam membuat kebijakan yang menyangkut kehidupan beragama di Indonesia.
Hasil penelitian selengkapnya klik di sini
Gambar ilustrasi: Akurat