Hanya basah tanah yang terlihat

Tapi kau yakin tadi ada hujan

 

Hanya abu yang kau dapati

Tapi kau yakin pasti telah ada api

 

Atau hanya gemercik yang terdengar

Dan sebegitu yakinnya kau ada air di seberang

 

Hamburkan pandanganmu, perhatikanlah

Pada bayang-bayang diri di cermin itu

Atas setiap tetes aliran darah yang tak terlihat

Atas setiap degup denyutan nadi yang tak terdengar

Tidakkah kau yakin pasti ada sang pengendali?

 

Lalu bagaimana dengan rumitnya

Pun bagaimana dengan presisinya

Segala sudut bumi ini

Tidakkah kau yakin pasti ada yang mencipta?

 

Masih Sempat

Panas beringas hati ingin meledak

Teringin memuntahkan cacian

dari bibir yang tengah bergetar

Hingga lepas sudah gigi-gigi dari gertakan kuatnya

Bebas menganga

Mengeluarkan sumpah serapah

 

Saat nafsu berkuasa

Hingga kata hati hilang posisi

Mendadak bibir yang bergetar itu menyunggingkan senyum

Meredupkan amarah hati

Sebab akal masih sempat melogika ucapan sang Baginda,

“Jangan marah, maka bagimu surga”

 

Di Waktu Tuhan Meneteskan Kuasa

Jatuh air menyapa

Mencipta irama syahdu

Dicinta suasananya

Oleh hamba yang ingin mengadu

 

Hangat sajadah ditapak

Panas air mata mengalir

Sibuk lisan menyebut

Hingga tak terasa dinginnya hawa

 

Ijabah doa begitu didamba

Di waktu Tuhan meneteskan kuasa

Melayang segala kata akan pelik

Terdengar jelas beserta harapan baik

 

Berserah telah meredam resah

Akan segala ketentuan ialah pasrah

Hidupmu ada dalam genggaman-Nya

Begitu pun aku

Leave a Response