Lisan memang diciptakan dalam bentuk tidak bertulang, meskipun demikian lisan memiliki ketajaman yang melebihi pedang. Apapun yang dikeluarkan oleh lisan akan memberikan nilai tersendiri terhadap seseorang. Oleh sebab itu, kita harus berhati-hati menjaga lisan kita. sebagaimana yang diutarakan oleh pepatah Arab, “keselamatan manusia itu tergantung dari bagaimana menjaga lisan”.

Pentingnya menjaga lisan ini ditujukan untuk semua orang, tidak pandang seseorang itu dari kalangan apa saja, terkhusus orangtua saat mendidikam terhadap anak-anaknya. Dalam hal ini, orangtua harus berhati-hati dalam berucap, terutama kepada anak-anaknya yang sedang menuntut ilmu.

Janganlah sekali-kali sebagai orangtua berkata jelek, kasar, bahkan menghina anak-anaknya. Karena apa yang dikatakan oleh orangtua kepada anaknya, terutama ketika anak masih kecil akan otomatis terekam oleh otak anak. Dan hal tersebut dapat menganggu psikologi anak serta berimbas ke prilaku anak.

Anak pada dasarnya diciptakan dengan kemampuan yang berbeda-beda. Ada anak yang cepat menerima informasi atau ilmu, ada juga yang sulit menerima informasi atau ilmu. Artinya tidak ada anak yang bodoh dalam menuntut ilmu, yang ada hanyalah anak yang malas. Kemalasan pada anak pasti ada sebabnya, mungkin anak kurang motivasi, tidak nyaman dengan tempat belajarnya, atau ada masalah dengan teman-temannya.

Untuk itu, sebagai orangtua tidak boleh berpikiran pendek dengan langsung mengatakan kepada anaknya. Misalnya mengatakan kalau ia adalah anak yang bodoh, bandel, dan nakal.

Perkataan terutama yang keluar dari lisan orangtua akan terekam oleh otak anak, sehingga menjadikan anak seperti apa yang telah dicap oleh orangtua. Meskipun pada dasarnya anak bukanlah orang yang demikian. Seperti yang kita ketahui pula, bahwa perkataan adalah doa, apalagi perkataan tersebut keluar dari lisan orangtua.

Dalam mendidik anak, sebagai orangtua harus mengetahui karakter anak, psikologi anak, dan kemampuan anak, serta perbanyak introspeksi. Setiap anak memiliki kelebihan dan kekurangan. Anak yang mungkin nilai akademiknya rendah bukan berarti dia adalah anak yang bodoh dan gagal.

Bisa jadi si anak memiliki kelebihan di bidang lain. Untuk itu, sebagai orangtua tidak sepatutnya menuntut anak untuk bisa atau handal dalam semua bidang. Apalagi menjadikan anak yang nilai akademik tinggi sebagai tolok ukur kepandaian dan keberhasilan anak-anaknya.

Menurut Drost dalam buku Memudahkan Anak Belajar (2008), masa anak-anak amat penting dalam pembentukan pola pikir seseorang. Jika seandainya anak hidup dalam suasana penuh kritik, ia belajar untuk menyalahkan. Bila hidup dalam permusuhan, ia belajar untuk berkelahi. Jika anak hidup dalam ketakutan, ia belajar untuk gelisah. Dan jika anak hidup dalam rasa malu, ia akan belajar untuk merasa bersalah. Anak belajar dari kehidupan keluarganya.

Keluarga khususnya orangtua merupakan rumah bagi anak-anaknya. Yaitu tempat anak merasa terlindungi, aman, serta terhargai. Tugas orangtua dalam mendidik anaknya bukanlah selalu menuntut mereka sesuai kehendaknya, akan tetapi yang perlu diterapkan adalah memberikan motivasi, dukungan, serta memberikan masukan-masukan yang berbau semangat.

Dengan demikian, sebagai orangtua sepatutnya untuk membenahi diri terlebih dahulu dalam mendidik anak-anaknya. Selain itu, perlu juga banyak intropeksi diri, terkhusus menjaga lisannya agar berhati-hati dalam berucap.

Sekecil apapun perkataan yang baik dari orangtua akan berefek bagi keadaan anak-anaknya. Sebaliknya pula sekecil apapun perkataan yang buruk orangtua kepada anaknya, akan terekam dan teraplikasikan dalam kehidupan anak-anaknya.

Pola pikir orangtua sering kali menular kepada anaknya, maka tak heran jika apa yang dikerjakan, dilakukan, dan diucapkan orangtua terjadi pula kepada anaknya. Bahkan kesalahan yang dulu pernah dilakukan oleh orangtuanya bisa juga terjadi pada anaknya. Karena keluarga, khususnya orangtua merupakan referensi yang nyata dan mudah untuk dibuat rujukan oleh anak.

Akhir kata, kita sebagai orangtua atau kelak akan menjadi orangtua, sudah mengetahui betapa pentingnya menjaga lisan orangtua saat mendidik anak. Maka, mulai sekarang dibiasakan untuk berkata yang baik kepada anaknya.

Setidaknya, berkata baik dengan cara menggunakan kalimat yang bernada nasihat dan motivasi. Kemudian selalu memberikan dukungan kepada anak-anaknya dalam berkreasi dan meraih prestasi. Anak merupakan tempat orangtua mengukir serta gambaran dari hasil ukiran. Wallahu a’lam.

Leave a Response