IQRA.ID, Yogyakarta – Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah mengajak umat Islam tidak melakukan perjalanan mudik jika pandemi Corona (COVID-19) belum berakhir. PP Muhammadiyah menilai menyelamatkan kehidupan lebih penting daripada memaksakan tradisi atau kebiasaan.
Sekretaris Umum (Sekum) PP Muhammadiyah Abdul Mu’ti mengatakan mudik adalah tradisi masyarakat Indonesia sebagai bentuk silaturahim. Meski kerap dilaksanakan dalam satu rangkaian Idul Fitri, dia menegaskan tradisi mudik bukan bagian dari ajaran agama.
“Karena itu, tidak ada masalah apabila tidak mudik. Di dalam ajaran Islam, menyelamatkan kehidupan jauh lebih penting dibandingkan dengan melaksanakan tradisi yang mengandung risiko keselamatan, misalnya karena virus Corona atau sebab-sebab lainnya,” paparnya, Kamis (2/4/2020), sebagaimana dilansir oleh Detikcom.
Abdul Mu’ti mengakui silaturahim merupakan akhlak mulia dan sangat dianjurkan dalam ajaran Islam. Dalam situasi normal, silaturahim memang dianjurkan untuk dilakukan dengan saling berkunjung, memberi hadiah, dan berjabat tangan.
“Jika tidak benar-benar mendesak, sebaiknya masyarakat tidak memaksakan diri untuk mudik pada Idul Fitri Syawal 1441 H. Silaturahim dapat dilaksanakan dengan cara lain dan pada waktu yang lain, apabila situasi sudah membaik dan aman,” katanya.
Menurutnya, dalam situasi tertentu karena keadaan, jarak, dan kesempatan silaturahim tetap dianjurkan walaupun dilakukan dengan cara yang berbeda. Terlebih di era digital begitu pesat dan dapat dimanfaatkan sebagai media silaturahim.
“Misalnya dengan berkirim surat (korespondensi), surat elektronik (e-mail), telepon, video call, dan cara-cara yang lain. Inti silaturahim adalah saling mendoakan, berbagi suka-duka, dan membantu meringankan beban atau masalah,” kata Abdul. (Pradito Rida Pertana/Deticom)