Pondok Pesantren NU Paringgonan berlokasi di Jl. Lintas Sibuhuan-Aek Godang Km.7 Desa Paringgonan, Kecamatan Ulu Barumun Kabupaten Padang Lawas 22763 Sumatera Utara. Berikut profil lengkapnya.

Pondok Pesantren NU Paringgonan adalah lembaga pendidikan Islam yang didirikan oleh Syekh H. Utsman Ridwan Hasibuan pada tahun 1940 di Desa paringgonan Kecamatan Barumun (setelah pemekaran menjadi Kecamatan Ulu Barumun) Kabupaten Tapanuli Selatan (setelah pemekaran menjadi Kabupaten Padang Lawas).

Pesantren ini berdiri atas dasar pengaruh besar dari sosok Syekh H. Utsman Ridwan Hasibuan yang pada saat itu beliau baru pulang belajar dari masjid al-Haram Makkah al-Mukarramah. Pada saat itu di daerah Desa Paringgonan Kecamatan Ulu Barumun masih jarang dijumpai ulama-ulama besar semisal Syekh H. Utsman Ridwan Hasibuan, sehingga kedatangan beliau disambut hangat oleh masyarakat Desa Paringgonan.

Sepulang dari Makkah sebagai ulama yang memiliki pengetahuan dan pemahaman Islam yang luas. Masyarakat Barumun yang mayoritas menganut agama Islam mulai menyadari akan pentingnya ilmu pengetahuan agar dapat melaksanakan syari’at Islam secara benar.

Dengan sendirinya kedatangan seorang ulama sangat membuat mereka gembira di mana dalam harapan mereka Syekh H. Utsman Ridwan akan membimbing mereka ke jalan yang dituntut oleh syari’at Islam Atas dasar menjalankan dakwah Islamiyah dan besarnya antusias masyarakat untuk mempelajari ajaran Islam, maka Syekh H. Utsman Ridwan pun pada tahun 1940 membuka pengajian kitab klasik di rumahnya.

Seiring berjalannya waktu santri yang mengikuti pengajian tersebut semakin banyak sehingga luas rumah Almarhum sudah tidak memadai lagi untuk tempat duduk para santri yang belajar. Maka timbullah insiatif untuk membuat gedung belajar tersendiri berada tepat disamping rumah beliau, sebab kebetulan lahan kosong tanah milik Mangaraja Diaceh (ayah Syekh H. Utsman Ridwan) masih cukup luas untuk dibuat lokasi belajar para santri.

Syekh H. Utsman Ridwan Hasibuan bin Mangaraja Diaceh lahir pada tahun 1915 M, di Desa Paringgonan Kecamatan Barumun Kabupaten Tapanuli Selatan. Sejak kecil beliau diasuh dan dibesarkan oleh kedua orang tuanya.

Ayahnya bernama Mangaraja Diaceh Hasibuan sedangkan ibunya adalah Siti Maryam. Ayahnya sangat dihormati dan disenangi oleh masyarakat. Mangaraja Diaceh adalah keturunan dari Sibaso yang merupakan seorang jawara yang sangat disegani melalui pengetahuan indra keenam yang dimilikinya.

Dari perkawinan Mangaraja Diaceh dengan Siti Maryam mereka dikaruniai 7 (tujuh) orang anak. Salah satu di antaranya adalah Syekh H. Utsman Ridwan Hasibuan yang merupakan anak ketiga dari tujuh bersaudara tersebut dan beliau adalah satu-satunya anak laki-laki.

Kepala Madrasah Aliyah NU Paringgonan Kecamatan Ulu Barumun Kabupaten Padang Lawas yang sekarang sesudah Almarhum Goloman Hasibuan anak kandung Syekh H. Utsman Ridwan Hasibuan di Paringgonan bahwa karomah (kemuliaan) di kalangan keluarga Syekh H. Utsman Ridwan diwariskan dari pihak ibunya Siti Maryam yang merupakan anak dari Lobe Ali, sedangkan Lobe Ali ini adalah salah seorang Jiret (penganjur dan penyebar agama Islam) di wilayah kecamatan Barumun.

Ibunya termasuk orang yang banyak memahami seluk beluk agama, oleh karena itu ibunya berusaha keras menanamkan rasa keagamaan yang tinggi di dalam diri keturunannya.

Orang tua Syekh H. Utsman Ridwan Hasibuan adalah orang yang banyak bergaul di tengah-tengah masyarakat, sehingga dia sangat disengani dan dihormati di tengah-tengah masyarakat kampung termasuk sebab dari nasab sebagaimana yang penulis utarakan diatas.

Sejak kecil sudah terlihat ciri kesalehan Syekh H. Utsman Ridwan Hasibuan, ia adalah seorang anak yang sangat patuh dan hormat kepada kedua orang tua, begitu juga pergaulannya dengan teman sebaya, ia sangat pandai dalam bergaul, kelemah lembutannya dan keramah tamahannya yang membuat semuatemannya tidak satu pun yang tidak senang berkawan dengannya.

Syekh H. Utsman Ridwan Hasibuan adalah sosok yang sangat gemar membaca, tidak bisa lain membaca merupakan hal yang sangat harus dalam hidupnya, hal itu terlihat mulai ia kecil sampai ia menjadi seorang ulama besar di masanya dan di kalangannya.

Keberanian dan kegigihan merupakan sikap yang menonjol di dalam diri Syekh H. Utsman Ridwan Hasibuan. Hal ini terbukti dengan tekadnya merantau ke negeri lain yaitu Makkah Almukarramah dalam rangka memperdalam ilmu pengetahuan terutama di bidang pengkajian ilmu Islam. Oleh karena itu orang tuanya pun sangat mendukung kemauan mulia yang ada dalam diri anaknya baik secara materil maupun moril.

Kemudian pada tahun 1940 Syekh H. Utsman Ridwan Hasibuan melangsungkan pernikahan dengan seorang gadis yang termasuk keluarga dekat (boru tulang) dari Pasar Sibuhuan. Dan perkawinan ini adalah atas kehendak beliau serta persetujuan pihak keluarganya. Karena beliau ingin mempererat terus hubungan keluarganya yang telah di mulai sejak dari orang tua beliau.

Setelah melangsungkan pernikahannya pada tahun 1940 beliau mulai mengarahkan perhatiannya kepada masyarakat sekitarnya di wilayah Paringgonan di mana pada saat itu cukup banyak tempat-tempat terbuka untuk kemungkaran seperti tempat perjudian, minum-minuman keras dan tempat maksiat lainnya.

Setelah beliau melihat keadaan tersebut maka secara berlahan-lahan beliau mulai membuka pengajian-pengajian, ceramah (dakwah) baik di warung kopi, di jalan begitu juga di rumah.

Pada malam-malam tertentu rumah beliau dipadati warga masyarakat khususnya kaum tua yang ingin mendengarkan dan mengikuti dakwah beliau. Selanjutnya pada tahun ini juga beliau membuka pesantren yang lokasinya masih di rumah beliau. Metode pengajran yang dipakai masih cukup sederhana, yaitu menggunakan metode halaqah yakni santri-santri mengelilingi guru dan menggunakan satu papan tulis.

Di samping beliau terus mengajar di pesantren dan memberikan pengajian bagi orang-orang tua di Desa Paringgonan, beliau juga aktif membina dan mengembangkan perjuangan organisasi Nahdatul Ulama.

Setelah selesai musim panen pada tahun 1940,  Syekh H. Utsman Ridwan Hasibuan banyak menerima bantuan dari warga masyarakat baik berupa padi maupun uang untuk membangun pesantren. Sehingga pada awal mula pembangunan gedung yang dibangun masih sangat sederhana sekali, hanya terdiri dari tiang dengan atap lalang serta lantai tanah.

Untuk membantu memperlancar proses belajar mengajar di Pondok Pesantren NU Paringgonan, Syekh H. Utsman Ridwan Hasibuan menyediakan buku-buku kajian Islam melalui perpustakaan yang beliau dirikan di Desa Paringgonan dan di jalan Hapung Banjar Raja Pasar Sibuhuan

Melihat perkembangan pendidikan, baik pendidikan masa usia sekolah maupun pendidikan para orang tua dapat dikatakan bahwa Syekh H. Utsman Ridwan Hasibuan sudah digolongkan berhasil melaksanakan kegiatan-kegiatan keagamaan, sehingga mendorong rasa ingin masyarakat untuk menyekolahkan anaknya di pesantren.

Visi Pondok Pesantren NU Paringgonan adalah “Terwujudnya Pondok Pesantren NU Paringgonan sebagai lembaga pendidikan yang mampu melahirkan Sumber Daya Manusia yang berkualitas, beriman, bertaqwa, berilmu pengetahuan dan menguasai teknologi.

Untuk mewujudkan visi tersebut pesantren ini menentukan langkah-langkah strategis yang termuat dalam misi yaitu:

a. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan tuntunan syariat Islam.

b. Melaksanakan proses pendidikan secara professional dan ramah lingkungan.

c. Menerapkankurikulum yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

d. Melahirkan lulusan yang siap pakai dan mampu melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

Pondok Pesantren NU Paringgonan diharapkan alumninya harus punya kompetensi sebagai berikut:

1) Mengamalkan ajaran agama yang dianut sesuai dengan tahap perkembangan remaja

2) Memahami kekurangan dan kelebihan sendiri

3) Menghargai keberagaman agama, budaya, suku, ras dan golongan sosial ekonomi dalam lingkup nasional

4) Mencari dan menerapkan informasi dari lingkungan sekitar dan sumber-sumber lain secara logis, kritis, dan kreatif

5) Meyakini, memahami, menjalani ajaran agama Islam dalam kehidupan seharihari serta menjadikan ajaran agama sebagai landasan prilaku dalam kehidupan sehari-hari.

Formal

MTs. NU Paringgonan

MA NU Paringgonan

Non Formal

Pesantren NU Paringgonan

Berkenaan dengan kurikulum pendidikan di Pondok Pesantren NU Paringgonan kurikulum pendidikannya ditetapkan/berdasarkan sistem pendidikan nasional dan peraturan pemerintah yang ada, juga dengan kurikulum kemenag di elaborasikan dengan program kepesantrenan

2011  : Juara I Pidato KDRT Tingkat Kabupaten Padang Lawas di Sibuhuan

2012  : Juara II Pidato KDRT dalam rangka Hari Kesehatan Nasional Tingkat Kabupaten Padang Lawas di Sibuhuan

2013  : Juara I Pidato Bahasa Inggris di AKSIOMA tingkat Kabupaten Padang Lawas, sekaligus menjadi wakil kabupaten di AKSIOMA tingkat zona di Padangsidempuan.

2013  : Santri Ponpes NU Paringgonan mewakili Grup Bola Voli Kabupaten Padang Lawas di POSPEDASU di Medan.

2014: Santri Ponpes NU Paringgonan mengikuti Paskibra Kabupaten Padang Lawas.

2015: Santri Ponpes NU Paringgonan mewakili Padang Lawas dalam Olimpiade Matematika di Medan.

2015: Santri Ponpes NU Paringgonan mewakili Padang Lawas dalam Bidang Tahfiz di AKSIOMA di Medan.

2016: Santri Ponpes NU Paringgonan mengikuti Paskibra Kabupaten Padang Lawas.

2016: Santri Ponpes NU Paringgonan mengikuti Jambore Nasional ke-10  di Cibubur, Jakarta

2016: Santri Ponpes NU Paringgonan berhasil mewakili kecamatan untuk bidang mujawwad dan kaligrafi di MTQ Kabupaten Padang Lawas.

2016: Santri Ponpes NU Paringgonan mengikuti Kegiatan Khusus Lintas Alam Wisata Padang Lawas – Mandailing Natal.

2017: Juara II bidang tartil dalam MTQ antar MDA se-Kabupaten Padang Lawas di Sibuhuan.

2017: Santri Ponpes NU Paringgonan berhasil mewakili kecamatan untuk bidang mujawwad, kaligrafi dan debat Bahasa Inggris di MTQ Kabupaten Padang Lawas.

2017: Juara II lomba Khattil Quran bidang Kontemporer di MTQ Kabupaten Padang Lawas di Huristak.

Gedung Belajar, Kantor kepala sekolah, Kantor guru, Kantor Tata Usaha, Laboratorium Komputer, Laboratorium IPA, TPKU Konveksi (jahit-menjahit), Workshop Pertukangan Kayu (mebel), Perpustakaan, Asrama Putra dan Putri, Mesjid, Lapangan Olahraga yang Memadai, Dapur Umum, Kantin, Koperasi Sekolah, dll.

Selain itu, Ponpes NU Paringgonan juga menyediakan fasilitas untuk kenyamanan santri dan guru, seperti tempat parkir dan tempat istirahat yang memadai.

Demikian profil Pondok Pesantren NU Paringgonan Padang Lawas, Sumatera Utara. Semoga bermanfaat. (AL)

 

Sumber:

profilponpesnu.blogspot.com

Insanul Khoiriah Hasibuan, Upaya Pendidikan Agama Islam dalam Membina Kedisiplinan Siswa di Madrasah Aliyah NU Paringgonan, 2017.

Leave a Response