Secara kronologis, asal usul kejadian wanita tidak dijelaskan oleh Al-Qur’an. Perihal informasi penciptaan manusia, banyak diketahui melalui hadis, isra’iliyyāt, dan riwayat yang bersumber dari kitab Taurat, Injil dan Talmud. Pun substansi asal usul kejadian Adam dan Hawa juga tidak dibedakan secara tegas.
Posisi wanita di hadapan Allah sangat mulia. Di antaranya dapat dilihat dengan penamaan salah satu surat dalam Surat al-Nisā’. Al-Qur’an tidak pernah mendiskreditkan wanita terhadap mitra sejenisnya.
Al-Qur’an mengetengahkan perbedaan antara pria dan wanita ditujukan pada aspek peran masing-masing dalam tatanan kehidupan. Dalam konteks ini, berikut ini beberapa hal yang perlu dicermati terhadap pemikiran Zaitunah tentang asal penciptaan wanita.
Sunnah Allah Alam Diciptakan Berpasang-Pasangan
Sunnah Allah penciptaan terhadap manusia dalam Surat al-Rūm ayat 21 yang artinya: “Dan di antara tanda-tanda kekuasan-Nya ialah Dia yang menciptakan untukmu istri-istri kamu dari jenis kamu sendiri”.
Mengenai penciptaan wanita, dalam hal ini Hawa, umumnya mengacu pada kata nafs dalam firman Allah surat al-Nisā’ ayat 14:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ ٱتَّقُوا۟ رَبَّكُمُ ٱلَّذِى خَلَقَكُم مِّن نَّفْسٍ وَٰحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَآءً ۚ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ ٱلَّذِى تَسَآءَلُونَ بِهِۦ وَٱلْأَرْحَامَ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan istrinya; dan dari pada keduanya Allah mengembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.”
Ayat lain yang berkorelasi dengan al-Nisā’ ayat 1 adalah al-A’rāf ayat 189 dan al-Zumar ayat 16. Kata nafs wahidah, minhā dan zaujahā menjadi dasar asal penciptaan wanita. Terdapat perbedaan pendapat dalam menafsirkan surat al-Nisa’.
Pendapat pertama, (mayoritas berasal dari ulama terdahulu), penciptaan Hawa berasal dari bagian tubuh Adam, yaitu tulang rusuk yang bengkok sebelah kiri atas.
Kedua, penciptaan Hawa sama halnya sebagaimana penciptaan Adam, tidak ada perbedaan yaitu dari jenis yang satu, atau jenis yang sama, antara penciptaan Adam dan Hawa. Pendapat kedua ini didukung oleh Ahmad Musthafa al-Maraghi dalam Tafsir al-Maraghi, yang menjelaskan bahwa di dalam Al-Qur’an tidak ada penjelasan bahwa Hawa diciptakan dari tulang rusuk Adam sebagaimana ditemukan dalam beberapa riwayat.
Ayat-Ayat Al-Qur’an yang Berkaitan dengan Penciptaan Manusia
Menelisik lebih jauh ayat-ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan penciptaan manusia di antaranya: Pertama, al-Mā’, dalam bahasa Indonesia berarti air, seperti dalam surat al-Furqān: 54, al-Anbiyā’: 30, dan al-Nūr: 45.
Kedua, al-Nafs (bentuk tunggal) atau al-anfūs (bentuk jamak) seperti dalam al-Nisā’: 41, al-A’rāf: 189, al-Nahl: 72, al-Rūm: 21, al-Zumar: 6 dan al-Syūra: 11.
Ketiga, al-Tīn, dalam bahasa Indonesia artinya tanah.
Keempat, al-Turāb, artinya tanah dan sari tanah. Kata ini terdapat dalam surat Ali Imrān: 59, al-Ra’d: 5.
Kelima, Nuthfah, artinya sperma, seperti terdapat dalam surat al-Kahfi.
Pemaknaan Mufasir Mengenai Penciptaan Wanita
Menurut Imam Ibnu Katsir terdapat empat konsep penciptaan. Pertama, penciptaan Adam dari tanah, tanpa ayah dan tanpa ibu (tidak dari pria dan tidak dari wanita). Kedua, penciptaan Hawa melalui pria tanpa wanita. Ketiga, penciptaan Isa melalui seorang wanita dengan proses kehamilan tanpa pria, baik secara hukum maupun secara biologis (dari wanita tanpa pria). Keempat, penciptaan manusia selain Adam, Hawa dan Isa, diciptakan melalui kehamilan dengan adanya ayah secara biologis (dari pria dan wanita).
Dari lima macam bentuk penciptaan manusia di atas (ma’, nafs/anfūs, tīn, turāb, nuthfah) maupun empat konsep yang dikemukakan oleh Ibnu Katsir, hanya Hawalah yang tidak disebutkan secara jelas atau tegas dan terinci mekanisme penciptaannya.
Berangkat dari uraian di atas, setidaknya ada dua poin analisis yang dapat dibahas. Pertama, pandangan yang mengatakan bahwa Hawa diciptakan dari tulang rusuk Adam karena berdasarkan kepada kata nafs wahidah yang diyakini dengan makna Adam. Dengan begitu, kata minhā kembali kepada kata ganti (dhamir) “hā” kepada Adam.
Kedua, pendapat Hawa diciptakan dari diri yang satu atau jenis yang sama dengan Adam, dengan alasan, yakni kata nafs wahidah tidak dipahami dengan makna Adam, tetapi diri yang satu atau jenis yang satu.
Kata zaujahā meski diartikan istri atau pasangan, tetapi ḍhamir “ha” dalam kata minhā, kembali kepada nafs wahida yang diartikan jenis yang satu, sehingga pasangan Adam diciptakan pula dari bahan yang sama. Pandangan ini didukung oleh Imam Al-Maraghi dalam tafsir al-Maraghi dan Rasyid Ridha dalam Tafsir al-Manar.
Dua tokoh tersebut menjelaskan bahwa Al-Qur’an surat al-Nisa’ ayat 1 tidak membahas persoalan tentang awal penciptaan. Ayat ini mengungkapkan bahwa manusia berasal dari zat yang sama.
Nafs wahidah adalah simbol bahwa semua manusia berasal dari satu sifat kemanusiaan yang semuanya menginginkan kebaikan dan menghindari keburukan, meskipun mereka berasal dari golongan yang berbeda. Sifat kemanusiaan itulah yang menyatukan manusia.
Ukasyah al-Tibbi berpandangan bahwa pandangan Islam terhadap asal kejadian pria atau wanita adalah nafs wahidah yang darinya Tuhan menciptakan makhluk manusia berpasangan (Adam dan Hawa).
Memang ada sebuah hadis sahih tentang perempuan diciptakan dari tulang rusuk yang bengkok, namun hadis ini tidak boleh diterjemahkan secara harfiah. Hadis ini memperingatkan agar kaum pria bersikap bijaksana terhadap kaum wanita.
Hal ini disebabkan karena terdapat sifat dan karakter wanita yang tidak sama dengan pria, bisa mengantarkan pria berbuat tidak wajar terhadap wanita. Karakter dan sifat bawaan tersebut tidak mudah bagi kaum wanita untuk mengubahnya. Kalaupun berupaya untuk mengubahnya, akan berakibat fatal, sebagaimana fatalnya tulang rusuk yang bengkok.
Ibnu Hajar dalam Syarh Bukhari yang menyatakan bahwa sabda Rasulullah tersebut berkaitan dengan wasiat. Tidak satu ayat pun yang mendukung bahwa Hawa dalam hal ini wanita pasangan Adam adalah diciptakan dari bagian tubuh atau tulang rusuk Adam. Dengan demikian, unsur kejadian kejadian Hawa dan Adam sama.