Judul               : Cara Kaya Raya Seperti Nabi Sulaiman
Penulis            : Ahmad Zainal Abidin
Penerbit          : Noktah
Tahun              : Cetakan 1, 2020
Tebal                : 188 halaman
ISBN                : 978-623-7465-67-6

Nabi Sulaiman dikenal sebagai sosok Nabi yang memiliki kekuasaan dan kekayaan luar biasa di masanya. Selain menjadi raja umat manusia saat itu, ia juga menjadi raja bagi banyak makhluk. Ia mampu berbicara dengan hewan, bahkan sanggup menundukkan jin dan setan. Nabi Sulaiman juga memiliki istana yang megah, luas, dan harta benda melimpah.

Di buku ini dijelaskan, sejarah mencatat bahwa manusia yang paling kaya di bumi adalah Nabi Sulaiman. Kekayaan Nabi Sulaiman sulit tertandingi. Sebab kekuasaannya membentang dari Eropa, Afrika Utara, Timur Tengah, hingga Asia Barat. Jika dibandingkan dengan kekayaan para pengusaha terkaya di dunia sekarang versi majalah Forbes Maret 2012, Nabi Sulaiman masih unggul telak. Andai semua orang kaya yang masuk 100 besar tersebut dikumpulkan, itu belum mampu mengungguli kekayaan Nabi Sulaiman.

Meski dikaruniai kekayaan dan kekuasaan luar biasa, Nabi Sulaiman tak pernah menepikan tugasnya sebagai hamba. Beliau adalah sosok Nabi yang rendah hati dan berserah diri kepada Allah. Beliau menyadari segala yang diberikan padanya berasal dari Allah, dan menggunakan semuanya itu untuk menegakkan kebaikan.

Hal tersebut tentu berbeda dengan banyak manusia zaman sekarang yang gampang silau dengan harta kekayaan. Betapa banyak orang menggebu-gebu menumpuk kekayaan sampai lupa Sang Pencipta. Bahkan, tak sedikit orang yang menghalalkan segala cara untuk bisa meraup kekayaan sebanyak-banyaknya. Mulai dari menipu, mencuri, sampai korupsi sehingga merugikan banyak orang. Selain merugikan orang lain, hal-hal tersebut kerap menciptakan pertikaian dan perselisihan antarmanusia. Bahkan, ketika sudah berlimpah harta, banyak orang yang malah menjadi lupa diri sehingga terjerumus dalam kesombongan dan keangkuhan.

Di tengah kondisi tersebut, apa yang dipaparkan Ahmad Zainal Abidin di buku ini menjadi relevan untuk direnungi. Buku ini memaparkan sejarah Nabi Sulaiman, terutama keistimewaannya dalam hal kekayaan dan kekuasaan. Membacanya, kita akan tersadar betapa Nabi Sulaiman adalah teladan tentang bagaimana memandang dan memaknai kekayaan dan kekuasaan. Yakni tentang bagaimana agar kekuasaan dan kekayaan bisa membawa kebaikan dan keberkahan, bukan malah menjerumuskan kita dalam kegelapan dan kebinasaan.

Ada banyak hal yang bisa kita pelajari dari sosok Nabi Sulaiman sebagaimana dipaparkan di buku ini. Namun, setidaknya ada lima (5) prinsip dasar yang patut kita teladani mengenai cara kaya raya dari sosok Nabi Sulaiman As.

Pertama, menjadikan harta sebagai sarana, bukan tujuan. Betapa banyak orang yang terjerumus dalam pandangan bahwa kekayaan adalah tujuan. Sehingga, hari-harinya hanya dipenuhi hasrat untuk menumpuk materi atau kekayaan, sampai lupa beribadah dan berbuat baik kepada sesama. Jika seseorang menjadikan harta sebagai tujuan, ia akan diperbudak oleh harta itu sendiri.

Hal tersebut berbeda dengan Nabi Sulaiman. Beliau menjadikan semua bentuk kekayaannya sebagai salah satu sarana untuk beribadah kepada Allah melalui jalan dakwah. Jadi, harta dan kekayaan tidak akan mengendalikannya, namun dialah yang mengendalikan harta tersebut. Beliau  sadar bahwa tujuan dari kehidupan ini bukanlah harta itu sendiri, melainkan untuk menghamba kepada Allah. Dengan kesadaran ini, kita akan bisa lebih bijak dan arif dalam memandang dan memaknai harta kekayaan.

 Kedua, mendahulukan ilmu. Selain kaya raya dan berkuasa, Nabi Sulaiman adalah sosok yang memiliki keluasan dan kedalaman ilmu. Beliau sadar bahwa ilmu merupakan salah satu kunci yang bisa mengantarkan manusia menuju kemuliaan. Dalam sebuah hadis, Rasulullah Saw. bersabda, “Sulaiman diberi pilihan antara harta, kerajaan, dan ilmu. Maka, Sulaiman memilih ilmu. Lalu, dengan sebab memilih ilmu (pada akhirnya) ia diberi kerajaan dan harta” (HR. Ibnu ‘Asakir dan Dailami).

Harta perlu dijaga pemiliknya, namun ilmu justru yang akan menjaga pemiliknya. Harta dan kekayaan bisa berkurang dan hilang, namun ilmu akan terus berkembang dan memberi kita jalan. Bahkan, dengan ilmu yang berkah dan bermanfaat, seseorang bisa membuka jalan untuk mendapatkan limpahan harta dan kekuasaan (hlm 102).

Ketiga, selalu bertakwa kepada Allah. Kekayaan dan kekuasaan yang dimiliki tak membuat Nabi Sulaiman tinggi hati dan lupa dengan Allah, Sang Pencipta. Meski bergelimang harta dan tahta, beliau selalu mengutamakan ketakwaan kepada Allah. Ada sebuah kisah tentang betapa besar ketaatan beliau kepada Allah. Suatu hari, beliau hampir meninggalkan shalat Ashar karena sangat sibuk mempersiapkan pasukan dan kuda-kuda untuk perang, sehingga nyaris kehabisan waktu shalat Ashar.

Nabi Sulaiman pun langsung bersujud kepada Allah, beliau shalat dan meminta agar kuda-kuda itu ditarik saja karena nyaris merampas dan menghalangi ibadahnya. Sejak itulah, beliau merasa tak membutuhkan kuda. Allah Swt. memberikan karunia lain berupa angin sebagai penggantinya yang bisa membawa tentara Nabi Sulaiman ke mana pun mereka hendak pergi (hlm 34).

Keempat, bershadaqah. Shadaqah merupakan media mendekatkan diri kepada Allah dengan jalan berbagi dan menolong orang lain. Shadaqah memang berarti memberi, namun dengan memberi bukan berarti harta kita berkurang. Justru dengan memberi, harta kita akan bertambah keberkahannya. Makna memberi dalam bershadaqah sebenarnya hanya label, sedangkan hakikat yang sebenarnya adalah menanam dengan bibit yangunggul, sehingga tumbuh pucuk-pucuk baru yang lebih banyak.

Kelima, selalu bersyukur kepada Allah. Nabi Sulaiman tak hanya kaya materi, namun juga kaya batin karena pandai bersyukur. Bahkan, di dalam doanya bukan harta yang diminta melainkan “kemampuan bersyukur”. Sebab beliau sadar bahwa Allah telah memberikan nikmat di setiap detik yang tak bisa dilewatkan (hlm 127).

Harapan untuk selalu memiliki “kemampuan bersyukur” yang dipanjatkan Nabi Sulaiman menandakan betapa pentingnya rasa syukur dalam kehidupan. Jangan sampai kita menjadi hamba yang tak bisa bersyukur, apalagi hanya karena kekurangan harta.

Demikain cara kaya raya menuru Nabi Sulaiman. Ketika seseorang bisa selalu mensyukuri keadaan, sebenarnya saat itulah kekayaan datang. Orang yang bersyukur adalah orang yang paling kaya, karena selalu merasa cukup atas apa pun kondisi yang diberikan Allah. Hatinya akan senantiasa tenang dan damai, jauh dari rasa gelisah, iri, dan dengki. Bisa dikatakan, puncak kekayaan seseorang terletak pada sejauh mana ia bisa bersyukur. Wallahu a’lam.

Leave a Response