“Sampai kapan pun harimau itu tidak akan pernah menjadi temanmu!” kata sang Ayah membentak anaknya yang berusaha ingin bersahabat dengan binatang buas tersebut. Tapi Pi malah membantah bahwa hewan juga memiliki perasaan. Ayahnya kesal, dan memperlihatkan contoh dengan cara mengikatkan kambing di kandang harimau. Seketika kambing itu diterkam dan badannya dicabik-cabik. “Jangan pernah melupakan pelajaran ini,” suara sang ayah tegas.

Babak baru dalam hidup Pi dimulai. Orangtuanya memutuskan untuk menjual binatang-binatang piaraannya dan pindah ke Kanada. Sebenarnya Pi enggan meninggalkan India tempat ia dibesarkan, tapi ibunya meyakinkan bahwa ini untuk kebaikan masa depan anak-anaknya.

Dalam perjalanan menuju Kanada, dengan menggunakan kapal pesiar, tiba-tiba badai datang menghantam dan menenggelamkan seluruh isi kapal. Pi, yang seorang perenang ulung karena berlatih kepada Mamaji, seorang yang menjuarai lomba renang di India Selatan, berhasil menyelamatkan diri. Ia melompat ke sekoji. Selain itu, ia melihat zebra juga berhasil melompat keluar ke sekocinya, kemudian disusul oleh si orang utan yang dijuluki “orange jus”. Pi menyaksikan, kapal yang ditumpanginya tenggelam ke dasar laut beserta orangtuanya dan saudaranya. Kini ia hanya bertiga bersama dengan zebra dan orange jus. Namun, tiba-tiba dalam sekocinya muncul anjing hutan dan harimau yang diberinya nama Richard Parker.

Ada dua bahaya yang masih mengancam nyawa Pi. Pertama, ia harus berhadapan dengan ganasnya gelombang laut karena cuaca masih buruk dan tidak ada pertolongan untuk mencapai daratan. Kedua, ia harus tetap siaga karena di dalam sekocinya ada binatang buas seperti anjing hutan dan Richard Parker. Saat itu, Pi merasa sangat frustasi, ketika menyaksikan anjing hutan bertarung, mencakar-cakar zebra dan orange jus dalam goncangan gelombang laut sehingga mereka semua mati.

Akhirnya, Pi tinggal berdua bersama dengan Richard Parker dalam sekoci. Binatang itu meraung-raung ingin menerkam Pi karena kelaparan. Tak ayal, Pi harus sering-sering melompat ke laut untuk menghindari terkamannya.

Pi merasa putus asa. Ia tidak tahu bagaimana ending cerita hidupnya. Meski sudah beberapa hari terapung di tengah laut, tapi ia tak melihat ada tanda-tanda petugas penyelamat yang datang untuk menolong dirinya. Ia juga sudah merasa lelah dengan ketakutan karena Richard Parker terus mencoba memangsanya. Saat itu, ia merasa hampa. Ia tak tahu apakah ia senang karena selamat atau sedih karena tidak ikut tenggelam bersama orangtuanya dan saudaranya.

“Tuhan apa yang Kau inginkan dariku? Aku sudah tidak memiliki apa-apa lagi. Orangtuaku dan saudaraku sudah tenggelam. Dan aku sekarang hidup bersama dengan binatang buas di tengah laut yang ganas ini,” rintihnya.

Namun saat ia kehilangan harapan, ia melihat keagungan Tuhan melalui alam semesta yang begitu indah, dan ia sangat mengaguminya. Keindahan semesta itu membuatnya sadar bahwa hal pertama yang tidak boleh dilakukan ketika berada di tengah laut adalah kehilangan harapan. Ia percaya bahwa suatu saat Tuhan akan menolong dirinya. Karenanya ia juga berpikir bagaimana caranya ia bisa bekerja sama dengan Richard Parker dalam menghadapi perjuangan hidup di tengah laut. Akhirnya, dengan susah payah ia melatih Richard Parker untuk takluk pada dirinya supaya tidak beringas.

Sejak saat itu, Pi berusaha melayani kebutuhan Richard Parker dengan memberinya makan dari ikan-ikan yang ia tangkap, menjaganya supaya tidak mabuk laut, dan memberinya tempat untuk istirahat.

Tapi perdamaian antara mereka belumlah cukup bagi Pi. Tenaga Pi tiba-tiba mulai melemah dan badan Richard Parker mulai menyusut. Rasanya mereka berada di detik-detik kematian. Pi merasa sudah siap jika ternyata yang datang menyelamatkannya adalah maut. Ia tidak menyesal dan berterima kasih sudah diberikan kesempatan oleh Tuhan untuk hidup dengan pengalaman yang luar biasa dahsyatnya. Ia mengerti bahwa hidup adalah keberanian dan daya tahan.

Ketika Pi kehilangan harapan dan memasrahkan dirinya kepada Tuhan, ternyata ia sudah terdampar di sebuah pulau. Ia melihat pasir yang lembut dan orang-orang berlari ke arahnya. Sebelum dirinya tenggelam dalam ketidaksadaran, ia juga melihat Richard Parker meloncat dari sekuci dan berjalan masuk ke dalam hutan.

Saat Pi siuman, ia mendapati dirinya tengah dirawat di rumah sakit. Namun tiba-tiba ia merasa terluka dan sedih, karena teringat pada Richard Parker. Ia membayangkan bagaimana perjuangan dan pengorbanan bersama Richard Parker di tengah laut. Tapi ketika mereka berpisah di tepi pantai, Richard Parker pergi menjauh darinya tanpa menoleh sedikit pun padanya sebagai tanda ucapan salam perpisahan dan terima kasih. “Sampai kapan pun harimau itu tidak akan pernah menjadi temanmu!” tiba-tiba ia teringat kata-kata sang ayah.[]

(Kesan terhadap film Life of Pi)

Leave a Response