Pertama kali bertemu Syaikh Maimun Zubair, beliau bertanya namaku, lalu kujawab “Muhammad Nauval”. Tak lama kemudian Mbah Moen bertanya lagi, “Bib, tau tidak siapa yang pertama kali bernama Nauval?”

Lalu kujawab “Sepengetahuanku, Nauval bin Harist bin Abdul Muthalib (sepupu Rasulullah saw.) dan ada juga sahabat Nauval bin Abdullah (ahlul Badar)’

Mbah Moen kemudian menjawab, “Bukan itu Bib. Yang jenengan sebut itu di masa Rasulullah. Tapi ada yang lebih dahulu menggunakan nama Nauval yaitu Nauval bin Abdi Manaf (saudara kakek Rasulullah yaitu Hasyim bin Abdi Manaf)”

Lalu kembali Mbah Moen bertanya kembali “Tau tidak Bib, siapa saudara-saudara Nauval bin Abdi Manaf?”. Saya hanya menyebut Hasyim bin Abdi Manaf lalu Mbah Moen menyebut beberapa nama dari saudara Nauval bin Abdi Manaf. Saya lupa yang disebut tersebut, harus buka sirah Nabawiyah dahulu. hehe. Lalu Mbah Moen menceritakan sedikit dari biografi Nauval bin Abdi Manaf.

MasyaAllah. Seorang yang tinggal di Indonesia memahami tentang silsilah kaum Quraisy, yang bahkan tidak semua orang Arab saja memahami sampai mendetail. Ini awal kekagumanku pada sosok Mbah Moen. Kekagumanku semakin bertambah manakala beberapa kali mendengarkan beliau berceramah secara langsung atau mendengarkan lewat youtube.

Dan kini jasad Mbah Moen telah dimakamkan di tanah suci. Dan kelak seratus tahun, dua ratus tahun hingga mungkin ratusan tahun ke depan nama Syaikh Maimun Zubair akan terus dikenang dan menjadi suri tauladan bagi semuanya.

Dan tanah suci kembali menyimpan jasad ulama Nusantara: Syaikh Ahmad Khatib Sambas, Syaikh Abdul Karim Al Bantani, Syaikh Nawawi Al Bantani, Syaikh Muslih Mranggen dan masih banyak lagi jasad ulama-ulama Nusantara tertanam di pekuburan Ma’la. Robbi Fanfa’na Bibarkatihim..

 

Leave a Response