Penelitian Puslitbang Pengembangan Pendidikan Agama dan Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama yang diketuai oleh Dr. Zulhannan ini berbicara tentang sistem pendidikan dan jaringan pondok pesantren tahfidz al-Qur’an di Kudus, Solo dan Bogor.
Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan sistem pendidikan pondok pesantren tahfidz (Yanbu’ul Qur’an Kudus, Isy Karima Solo, dan Darul Qur’an Mulia Bogor); dan mengidentifikasi jaringan tiga pondok pesantren tahfidz dimaksud.
Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif, analisis dan sejarah. Ketiga metode ini tidak diterapkan secara sperated (terpisah), akan tetapi di aplikasikan secara integrated (terpadu), melalui eksplorasi pengumpulan data Observasi, wawancara dan catatan dokumen.
Selanjutnya dianalisis dengan tiga langkah kritis yaitu: reduksi data, display data dan verifikasi data, mengadaptasi grand theory A. Mukti Ali, Ahmad Abdillah Qodri Azizy dan Zamakhsyari Dhofier sehingga tampak jelas peta persoalan yang akan di kaji melalui trianggulasi.
Kesimpulan
Tiga sistem pendidikan pondok pesantren tahfidz (Yanbu’ul Qur’an Kudus, Isy Karima Solo, dan Darul Qur’an Mulia Bogor) terdapat keunikan/karakteristik berbeda satu sama lainnya yang merupakan ciri khas masing-masing dari ketiga pondok pesantren tahfidz dimaksud.
Yanbu’ul Qur’an Kudus memiliki keunikan lima konsep yang harus ditanamkan terhadap santri dalam menghafal al-Qur’an, yaitu keikhlasan, ta’at dan patuh, pentingnya kualitas, serta sabar dan teliti. Sementara pondok pesantren tahfidz Isy Karima Solo memiliki keunikan berupa program pendidikan setingkat diploma II khusus bagi mahasantri dengan durasi dua tahun fasilitas beasiswa penuh, wajib mengkhatamkan al-Qur’an 30 juz, melalui tiga teknik menghafal al-Qur’an visual, audio dan kinestetik.
Adapun pondok pesantren tahfidz Darul Qur’an Mulia Bogor memiliki keunikan empat interaksi komprehensif dalam menghafal al-Qur’an dalam format halaqoh terdiri dari teknik: tilawah, tafhim, tahfidz, dan tathbiq nilai-nilai yang ada di dalam kandungan al-Qur’an, sehingga muncul kecintaan terhadap al-Qur’an. Dan keempat bentuk interaksi komprehensif itu terintegrasi, sehingga tertanam sikap kesederhanaan dan akhlaqul karimah.
Sedangkan keniscayaan adanya jaringan pada tiga pondok pesantren tahfidz (Yanbu’ul Qur’an Kudus, Isy Karima Solo, dan Darul Qur’an Mulia Bogor), karena pesantren tahfidz al-Qur’an merupakan pusat spiritual dan intelektual masyarakat. Ia lahir dari rahim masyarakat. Tumbuh dan berkembang bersama dan menemani masyarakat.
Pesantren tahfidz ini hadir untuk memenuhi kebutuhan pragmatis masyarakat baik yang berwujud material maupun immaterial. Oleh karena itu, pesantren tahfidz menjadi tempat bertumpu masyarakat, maka pesantren kendati secara eksklusif merupakan milik sang kiyai, pesantren juga menjadi “milik” masyarakat luas, dengan sistem manajemen pengelolaannya mandiri tanpa ketergantungan pemerintah dan ormas tertentu.
Hasil penelitian selengkapnya klik di sini
Gambar ilustrasi: Republika/ Tahta Aidilla